Oleh
: Ahmad Sayuti
Gizi memang sangat dibutuhkan didalam
kehidupan manusia disaat hendak melakukan aktifitas, tanpa gizi manusia akan
mengalami keterlambatan dalam menjalani segala aktifitas, istilah lainnya
adalah “Gizi Buruk”.
Gizi buruk semestinya harus dijadikan
perhatian lebih oleh para pemerintah, hal ini disebabkan memang Indonesia
sekarang ini adalah negara yang masyarakatnya rata-rata masih terdeteksi gizi
buruk.
Anak-anak (balita dan bayi) Indonesia
sekarang adalah yang merasakan keadaan gizi buruk ini, salah satu dampak gizi
buruk yang dirasakan oleh balita dan bayi sekarang yaitu “Stunting”.
Di kutip dari jurnal Khoirun Ni’mah, Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Stunting Pada Balita, 2016. Stunting merupakan penggambaran status gizi kurang yang bersifat kronik pada masa pertumbuhan dan perkembangan sejak awal kehidupan, dengan kata lain anak-anak yang tubuhnya gagal tumbuh/pendek secara normal.
Stunting Pada Balita, 2016. Stunting merupakan penggambaran status gizi kurang yang bersifat kronik pada masa pertumbuhan dan perkembangan sejak awal kehidupan, dengan kata lain anak-anak yang tubuhnya gagal tumbuh/pendek secara normal.
Calon presiden nomor urut dua yaitu
Prabowo Subianto dalam pidatonya, Jakarta, (14/1/2019) pernah menyinggu tentang
keadaan gizi buruk yang saat ini dirasakan oleh masyarakat Indonesia, dalam
pidatonya Prabowo menyinggung tentang satu dari tiga anak (balita) dibawah umur
lima tahun mengalami stunting.
Seperti yang kita ketahui bahwa Indonesia
adalah negara yang kaya akan sumber alamnya, dan juga Indonesia bukanlah negara
yang dikategorikan sebagai negara yang masyarakatnya mengalami kelaparan dan
krisis pangan ekstrim seperti yang terjadi di beberapa wilayah Afrika, jelas
bahwa ketersediaan asupan makanan serta pangan masih tersedia di Indonesia,
namun yang menjadi perhatiaan khusus kenapa stunting masih terjadi di negara
Indonesia.
Di kutip dari Kata Data.co.id. Berdasarkan Pantauan Status Gizi (PSG) 2017 yang
dilakukan Kementerian Kesehatan, bayi usia di bawah lima tahun (Balita) yang
mengalami masalah gizi pada 2017 mencapai 17,8%, sama dengan tahun sebelumnya.
Beberapa tahun sebelumnya hingga tahun
2017 data hasil riset mengemukakan bahwa masalah gizi di Indonesia masih sama
yaitu mencapai 17,8%, jumlah tersebut terdiri dari balita yang mengalami gizi
buruk 3,8% dan 14% gizi kurang.
Jika pada tahun-tahun sebelumnya saja
angkanya masih sama-sama saja bagaimana kedepannya dan pastinya jumlah balita
dan bayi yang terkena stunting pun bertambah drastis, seperti yang kita ketahui
bahwa stunting itu terjadi karena kurangnya asupan gizi sejak bayi masih
didalam kandungan serta dalam 1.000 hari pertama kehidupan bayi.
Dikutip dari Kata Data.co.id. Dan benar
saja apa yang penulis kawatirkan bahwa jumlah balita stunting di Indonesia pada
tahun 2018 mencapai 30,8%.
Angka jumlah balita yang mengalami
stunting diatas adalah angka yang sangat menghawatirkan, Artinya memang 1 dari
3 balita (1/3 balita) mengalami stunting/kerdil. Data Kementerian Kesehatan
mencatat prevalensi (jumlah) stunting tersebut terdiri atas balita yang
memiliki badan sangat pendek 11,5% sementara dengan tinggi badan pendek
mencapai 19,3%.
Beberapa tahun lalu di Indonesia balita
yang mengalami stunting/kerdil mencapai 29,6%. Angka ini lebih tinggi dari
tahun sebelumnya. Dengan rincian 9,8% bayi dengan usia 0-59 bulan tersebut masuk
kategori sangat pendek dan 19,8% kategori pendek.
Data diatas menunjukkan perbandingan
antara data tahun 2018 dan data beberapa tahun yang lalu, dimana pada beberapa
tahun yang lalu balita yang mengalami stunting di Indonesia mencapai 29,6%. Di
tahun 2018 angka balita yang mengalami stunting di Indonesia mencapai 30,8%.
Jelas angka balita di Indonesia yang
mengalami stunting dari tahun ketahun meningkat, dan dapat disimpulkan bahwa
pemerintah Indonesia belum serius menangani permasalahan gizi buruk yang melanda
masyarakatnya.
Kita beralih ke daerah Aceh, di Aceh
balita yang mengalami stunting sudah melebihi angka stunting nasional.
Di kutip dari Serambinews.com. Jumlah angka balita stunting di Aceh mencapai
hingga 37,3%.
Balita stunting nasional mencapai 30,8%
sementara Aceh yang merupakan bagian Indonesia angka balita stunting mencapai
37,3%. Ternyata Aceh juga sedang di landa keadaan gizi buruk.
Melihat keadaan gizi buruk yang sedang
dirasakan masyarakat Indonesia, penulis mempunyai beberapa saran supaya
permasalahan balita stunting di Indonesia dapat diatasi.
Pertama: Pemerintah harus bekerja sama
dengan dokter untuk membuat program-program. Dalam mengatasi angka balita
stunting yang angkanya semakin bertambah, pemerintah mestinya harus
berkolaborasi dengan dokter, sehingga program-program yang efektif dalam
mengatasi angka balita stunting bisa lahir, salah satu program yang harus
diwujudkan oleh pemerintah dan dokter ketika berkolaborasi adalah membentuk
diskusi atau seminar tentang pemahaman gizi kepada seluruh masayarkat Indonesia
khususnya ke pelosok-pelosok yang ada di Indonesia.
Kedua: Posyandu harus lebih diaktifkan. Salah
satu cara mengatasi angka stunting yang semakin bertambah, seharusnya posyandu
disetiap daerah Indonesia harus hidupkan perannya, penulis melihat ada beberapa
daerah di Indonesia dimana posyandunya tidak berjalan sebagai mana mestinya,
jadi permasalahan ini perlu di evaluasi, didalam posyandu tersebut juga harus
ada dokter-dokter yang professional yang pandai memahami gizi, sehingga
permasalahan gizi yang melanda masyarakat Indonesia dapat diatasi.
Itulah beberapa saran dari penulis dalam menanggulangi
gizi buruk yang sedang melanda Indonesia.
* Ahmad
Sayuti Mahasiswa Kominukasi Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi
UIN Ar-Raniry. Email : ahmad27sayuti@gmail.com