Iklan

Iklan

Esensi Peringatan

10/07/18, 08:43 WIB Last Updated 2020-06-27T08:57:39Z
T Lembong Misbah

DALAM peristiwa tsunami di Palu beberapa hari yang lalu, ada satu cuplikan video yang diunggah di youtube memperlihatkan seorang warga memanggil-manggil orang lain yang lalu-lalang di jalan dan di taman dari atas gedung.

Ia mengingatkan secara berulang-ulang bahwa air laut naik dan berkali-kali pula menyebut kata tsunami. Mendengar peringatan itu sebagian orang bersegera untuk mengikutinya tetapi banyak pula yang tampak lalu-lalang dan tidak menghiraukannya, sehingga terdengar suara kesal dari si pemberi peringatan “Bandel kali orang itu."

Tidak lama kemudian terlihat ombak besar datang dan dalam hitungan detik menyapu pantai, bangunan dan orang-orang yang enggan mengikuti peringatan tadi.

Merujuk pada KBBI, kata peringatan diartikan dengan nasihat (teguran dsb) untuk memperingatkan. Karena itu peringatan disebut dengan kalimat ungkapan yang bermakna memberikan kebaikan kepada orang lain, untuk menghindari terjadinya keburukan, kesusahan, kecelakaan, dan kematian yang mungkin terjadi.

Secara esensial peringatan sebenarnya berkonotasi cinta terhadap sesama, sebab isi peringatan/nasehat senantiasa berupa kebaikan dan jalan keselamatan.

Sesungguhnya hamba yang dicintai di sisi Allah adalah yang mencintai Allah lewat hamba-Nya dan mencintai hamba Allah karena Allah.

Rasul bersabda “Sayangilah makhluk yang ada dibumi, niscaya yang ada dilangit akan menyayangimu.” (HR. ath-Thabrani).

Dalam Hadits lain Rasul bersabda “ Belum sempurna iman seseorang dari kalian, sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri” (HR. Bukhari).

Dari sabda Rasul di atas dapat dipahami bahwa peringatan atau nasehat kebaikan sangat urgen kedudukannya  dalam agama Islam, malahan Nabi menyebut agama itu sendiri adalah nasehat.

Dari Abu Ruqayyah Tamim bin Aus Ad Daari radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Agama adalah nasehat.” Kami bertanya, “Untuk siapa?” Beliau menjawab, “Bagi Allah, bagi kitab-Nya, bagi rasul-Nya, bagi pemimpin-pemimpin kaum muslimin serta bagi umat Islam umumnya.” (HR. Muslim).

Allah berfirman“Hai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan.” (QS. Al-Ahzab:45).

“Dan tidaklah Kami mengutus kamu (Muhammad) melainkan hanya sebagai pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan.” (QS. A-Furqan:56).

Penyebutan agama adalah nasehat bermakna bahwa setiap muslim berkewajiban untuk memberi nasehat pada saudaranya, keengganan memberi nasehat sama artinya dengan keengganan pada agama.

Demikian pula bagi yang diberi nasehat kebaikan, jika menolaknya maka sama saja dengan menolak agama itu sendiri. Allah berfirman, “Demi masa. Sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian, kecuali yang beriman dan beramal shaleh, saling menasehati dalam kebenaran dan saling menasehati dalam kesabaran.” (QS. Al- Ashr: 1-3).

Ada banyak orang berkata, untuk apa dia diberi nasehat, dia itu klo prip (bahasa Aceh: tidak mau mendengarkan nasehat), hal ini sejatinya tidak terucap di antara kaum muslimin sebab Allah mengingatkan melalui Firman-Nya:

“Sesungguhnya kamu hanya memberi peringatan kepada orang-orang yang mau mengikuti peringatan dan takut kepada Yang Maha Pemurah walaupun dia tidak melihat-Nya. Maka berilah mereka kabar gembira dengan ampunan dan pahala yang mulia.” (QS. Yasin:11).

Sebagai insan yang beriman, tentunya peringatan Allah adalah alarm yang paling nyaring pada telinga, hati dan pikiran kita. Jika dalam peristiwa tsunami di Palu ada banyak orang yang celaka karena tidak menghiraukan peringatan dari orang yang mengingatkan, maka lebih celaka lagi jika kita menafikan peringatan Allah.

Firman-Nya: “Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, Maka ketika itu mereka terdiam berputus asa” QS. al-An'am : 44).

Semoga kita semua, senantiasa memahami dan mengikuti peringatan dari sang Maha Kuasa. []

T Lembong Misbah adalah Wakil Dekan Bidang Kerjasama dan Kemahasiswaan pada Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar-Raniry.

Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • Esensi Peringatan

Terkini

Topik Populer

Iklan