T Lembong Misbah |
RASULALLAH Shalallahu alaihi wa sallam bersabda, “Tidakkah mereka bertanya, ketika mereka tidak tahu? Sesungguhnya obat ketidakmengertian adalah bertanya.” (H.R. Abu Daud, Ibnu Majah, Ahmad dan Darimi).
Allah berfirman: “Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.” (QS. An Nahl/16 : 43).
Bertanya merupakan sarana untuk memahami sesuatu hal secara baik, kecerdasan bertanya seseorang acapkali mengindikasikan kedalaman ilmunya.
Bahkan belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan baik berupa tesa, sintesa maupun antitesa.
Persoalan yang kerap muncul yaitu orang bertanya bukan untuk mengetahui tentang hakikat sesuatu, akan tetapi hanya sekedar untuk menunjukkan kehebatannya dan melecehkan orang lain.
Saya teringat satu peristiwa saat kuliah S2 dulu, seorang temanku mengajukan pertanyaan saat jam kuliah telah berakhir.
“pak saya mau bertanya”, sang Dosen menjawab, “sudahlah dipertemuan akan datang saja ditanyakan,"
Kawanku itu ngotot, “Pak, yang saya tanyakan ini sangat penting!, mohon saya diberi waktu.” Akhirnya sang Dosen mengiyakan.
Dari awal bicara si teman tampak betul ingin memperlihatkan kehebatan dirinya, padahal sesuatu yang disampaikan sukar untuk dipahami, kalimatnya berbelit-belit, bertele-tele dan tidak jelas apa maksudnya.
Hampir 15 menit ia bicara tapi tidak muncul pertanyaan, yang ada hanyalah pernyataan-pernyataan yang bersifat emosional.
Setelah merasa puas temanku itu lalu mengakhiri pembicaraannya tanpa pertanyaan.
Sang Dosesn kemudian bertanya, apa sudah selesai pertanyaannya?
Ya, sudah pak!” sahut temanku.
"Baiklah, jika begitu! Ketahuilah, apa yang kamu sampaikan tadi hanyalah sekadar menampakkan kebodohanmu,” jawab, sang Dosen.
Kalimat terakhir sang Dosen di atas bagi saya sangat sarat makna, sekalipun diucapkan dengan nada kesal, namun kata-kata itu bagi saya sangat filososfis dan menjadi pelajaran yang sangat berharga. [BACA: Kesedihan Nek Masyta Di Sumur Tua]
Rasulullah bersabda: “Barangsiapa yang menuntut ilmu untuk menyombongkan diri di hadapan para ulama atau untuk berdebat dengan orang-orang bodoh atau untuk menarik perhatian manusia maka Allah akan memasukkannya ke dalam neraka” (HR. At-Tirmidzy).
Ibnul Qayyim menyebutkan, “Jika anda duduk bersama seorang ‘alim (ahli ilmu) maka bertanyalah untuk menuntut ilmu bukan untuk melawan”.
Rasul bersabda: “Orang yang paling dibenci Allah adalah yang suka berdebat.” (Muttafaqun ‘alaihi).
Malahan Allah Subhanahu wa ta'ala menandaskan: “Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, padahal ia adalah penantang yang paling keras.” (QS. Al-Baqarah: 204).
Karenanya, bertanya itu baik jika niatnya adalah untuk memperdalam ilmu dan kepahaman, tapi bertanya akan menjadikan si penanya hina manakala niatnya hanya sekadar menunjukkan kehebatan dirinya.
[T Lembong Misbah adalah Ketua Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam [PMI] Fak. Dakwah Dan Komunikasi UIN Ar-Raniry]
Bayar tagihan listrik, telepon, beli pulsa, dan token? Daftar Di Sini, cukup di hp Anda!