Prof Dr Syamsul Rijal, M.Ag |
MANUSIA sebagai makhluk ciptaan
Allah swt dipermukaan bumi mempunyai potensi besar untuk melakukan dosa, karena
kerap melakukan kesalahan dan maksiat dalam skala kecil hingga masuk dalam dosa
besar akibat melawan dan mengingkari perintah Allah dan mengerjakan berbagai
larangan.
Karena setiap manusia itu identik
dengan pendosa (mujrimun) yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari sebab
Allah telah mengaruniakannya hawa nafsu. Maka sebaik-baik orang yang berdosa
adalah yang selalu memohon ampunan dan beristighfar kepada Allah serta
bertaubat atas segala kesalahan yang pernah diperbuat.
Permohonan ampunan dosa dari
Allah hanya bisa didapatkan saat seseorang masih hidup. Sementara ketika ajal
sudah menjemput, saat itu tidak ada lagi ampunan dan manusia tersebut akan
menyesal dengan membawa berbagai dosa ke alam kubur hingga akhirat yang
berujung pada kesengsaraan selamanya, apalagi jika amal baiknya sangat sedikit.
Hal itu disampaikan Prof Dr
Syamsul Rijal M.Ag, Wakil Rektor III UIN Ar-Raniry, saat mengisi pengajian
rutin Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI) di Rumoh Aceh Kupi Luwak,
Jeulingke, Banda Aceh, Rabu (14/3) malam.
“Allah itu Maha Pengampun, dan
sangat senang jika ada hamba-Nya yang berdosa itu bertobat dan mohon ampun atas
segala kesalahan yang pernah diperbuat. Jangan sampai kita gagal mendapat
ampunan dari Allah saat hidup di dunia, karena itu artinya akan membawa dosa ke
akhirat yang berakibat penyesalan selama-lamanya,” ujar Prof Syamsul Rijal.
Menurutnya, penyesalan atas
segala dosa-dosa di dunia ketika sudah berada di alam kubur dan akhirat kelak
?itu tidak ada artinya lagi. Karena saat itu tidak ada lagi ampunan, yang ada
hanyalah pembalasan dan azab yang pedih untuk para pendosa yang melawan Allah
saat di dunia.
Hal ini juga ditegaskan Allah
dalam Surat As-Sajdah ayat 12 yang artinya, “Dan, jika sekiranya kamu melihat
mereka ketika orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan
Tuhannya, (mereka berkata): “Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar,
maka kembalikanlah kami (ke dunia), kami akan mengerjakan amal saleh,
sesungguhnya kami adalah orang-orang yang yakin”.
“Saat di akhirat kelak, para
pendosa ini tertunduk malu di hadapan Allah dan mengakui semua kesalahannya.
Mereka baru yakin karena telah melihat langsung kebenaran ayat-ayat Allah yang
dulu waktu di dunia mereka ingkari dan abaikan. Lalu mereka minta dikembalikan.
Tapi tidak ada lagi peluang untuk beramal saleh dan tertutup pintu ampunan,
karena harus bersiap-siap menerima azab yang maha berat,” terangnya.
Karenanya, agar tidak timbul
penyesalan di akhirat kelak, Prof Syamsul Rijal, mengajak semua umat Islam yang
ada iman di dadanya agar segera memohon ampunan Allah atas segala dosa yang
pernah diperbuat selama hidup.
“Hanya kita sendiri yang tahu apa
saja dosa yang pernah kita kerjakan selama ini, baik yang meninggalkan perintah
Allah atau melakukan kemaksiatan yang dilarang-Nya. Segera buat daftarnya, dan
evaluasi dosa-dosa untuk kita hapus dengan memohon ampunan sebelum hidup ini
berakhir sehingga tidak menyesal saat di akhirat nanti, jangan sampai kita
remehkan, nggak mau tahu dan kebal dengan dosa,” jelasnya.
Dia menyatakan, evaluasi dosa itu
bisa diawali dengan m?embangun penyadaran diri.? Coba tanyakan pada diri
sendiri dosa-dosa kita. Karena akan sangat rugi jika kita tidak merasa khawatir
dengan dosa-dosa yang terus menumpuk.
“Jika tidak mau peduli, maka
setiap hari kita terus defisit pahala, dan dosa menumpuk. Padahal yang kita
butuhkan untuk kehidupan abadi di akhirat kelak adalah surplus pahala,”
sebutnya.
Prof Syamsul Rijal menjelaskan,
dosa-dosa yang diperturutkan dan lupa meminta ampunan terjadi umumnya akibat
ragu pada ayat-ayat Allah dan hari pembalasan. Hanya orang yang yakin dan takut
pada Allah yang selalu meminta ampunan ketika berbuat dosa sekecil apapun.
“Sumber dosa itu karena ragu pada
Allah, serta pikiran negatif dengan sifat iri dan dengki pada orang lain.
Amanah yang kita miliki seperti jabatan dan harta juga bisa membawa pada dosa
jika kita memperturutkan hawa nafsu,” pungkasnya. (*)