DALAM ajaran Islam, janji adalah sesuatu hal
yang tidak boleh dilanggar. Tidak menepati janji digolongkan kedalam golongan
orang-orang munafik, yaitu golongan orang-orang yag dibenci oleh Allah Swt.
Ketika
berjanji atau menjanjikan sesuatu kepada orang lain, Islam mengajarkan untuk
menggunakan kata “InsyaAllah” yang artinya “dengan izin Allah atau Jika Allah
menghendaki”.
Jika
melihat yang terjadi saat ini penggunaan kata Insyaallah masih digunakan dalam
menjanjikan suatu hal. Namun ada perbedaan yang cukup signifikan antara maksud
dari penggunaan Insyaallah yang sebenarnya seperti yang dilaksanakan pada masa
Rasulullah dan masa sahabat dengan maksud penggunaan InsyaAllah pada zaman
sekarang.
Apabila
kita lihat saat ini, kata “Insyaallah” sangat gampang diucapkan ketika membuat
suatu perjanjian. Walaupun masih ada keraguan untuk menepati janji tersebut
atau dengan kata lain kata insyaAllah diucapkan hanya untuk formalitas saja.
Penggunaan
kata InsyaAllah dengan maksud perjanjian yang dilakukan sudah sangat kuat dan
benar-benar akan dilaksanakan kecuali Allah membatalkan dengan hal-hal yang
tidak terduga.
Dalam
membuat suatu pejanjian, Allah mengharuskan kita untuk menggunakan kata
InsyaAllah walaupun kita telah benar-benar yakin akan melaksanakannya, namun
kita juga harus yakin bahwa Allah lah yang akan menentukan apakah hal tersebut
akan terlaksana atau tidak.
Seperti
yang disebutkan oleh Allah Al-Quran:
“Dan janganlah sekali-kali
engkau mengatakan terhadap sesuatu, “Aku pasti melakukan itu besok pagi,”
kecuali (dengan mengatakan) “InsyaAllah”. [QS Al-Kahf : 23-24]
Merujuk
pada ayat tersebut, bisa disimpulkan walapun dalam merencanakan sesuatu kita
sudah sangat yakin akan melakukannya, tapi harus tetap menggunakan kata InsyaAllah
untuk meyakini bahwa semuanya kembali kepada Allah, apakah akan dikendaki
demikian atau sebaliknya.
Dalam
kasus lain, efek malas juga menjadi penyebab tidak menepati sebuah janji, dan
itu dianggap tidak masalah karena telah mengucapkan Insyaallah.
Jadi
dalam hal ini kita bisa melihat dengan jelas perbedaan makna Insyaallah yang
sebenarnya dengan Insyaallah yang sering digunakan saat ini.
Makna
sebenarnya yang diajarkan Rasulullah, apabila seseorang telah mengucapkan kata
“Insyaallah” dalam membuat suatu perjanjian, maka janji tersebut bisa dipegang
artinya bisa dipercaya. Karena pasti akan ditepati, kecuali ada hal yang Allah
timpakan kepadanya yang benar-benar harus membatalkan janji tersebut.
InsyaAllah di Zaman
Mellenial
Tapi
makna “InsyaAllah” saat ini jauh berbeda, walaupun arti dari Insyaallah masih
“dengan izin Allah” tapi maksud dari arti InsyaAllah tersebut sudah salah
gunakan.
Apabila
seseorang membuat perjanjian, kemudian mengatakan Insyaallah hal ini dianggap
kurang pasti atau bisa saja batal karena hal apapun termasuk akibat hal-hal
yang disebabkan oleh diri sendiri seperti rasa malas dan lain sebagainya. Jadi
penggunaan Insyaallah dimasa sekarang dianggap suatu hal yang belum pasti.
Padahal
apabila kata InsyaAllah digunakan dengan cara dan niat yang benar yaitu kita
benar-benar melakukan hal tersebut atau menepati janji tersebut apabila Allah
tidak memberinya halangan, maka Allah akan mempermudah langkah kita dan akan
memberikan banyak kemudahan lainnya.
Seperti
kisah nabi Ismail dalam surat As Shaffat ayat 102, yang artinya :
“...Ibrahim berkata,
“Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu . maka
pikirkanlah bagaimana pendapatmu.” Dia (Ismail) menjawab “Wahai ayahku! Lakukan
apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu, Insya Allah engkau akan mendapatiku
termasuk orang yang sabar”. ”
[Q.S. As Shaffat : 102].
Dari
kisah diatas tersebut tergambar bahwa Nabi Ismail telah benar-benar pasrah dan
yakin kepada Allah. Ia rela disembelih dan mengatakan bahwa ia akan termasuk golongan
orang-orang yang sabar (InsyaAllah).
Artinya
ia telah benar-benar rela dan sabar untuk disembelih. Berkat ketabahannya itu,
akhirnya Allah menggantikannya dengan domba dan Nabi Ismail tidak jadi
disembelih. Itu adalah salah satu rahmat Allah yang diberikan kepada
orang-orang yang yakin bahwa kehendak Allah adalah yang terbaik.
Jadi, mari kita kembalikan makna InsyaAllah yang sebenarnya, menggunakan kata Insya
Allah dengan benar-benar menyerahkan urusan kita kepada Allah dan mengharapkan
akan diberikan jalan terbaik. [Nanda
Putri]