Iklan

Iklan

Perbedaan “InsyaAllah” Zaman Rasulullah dengan Zaman Sekarang

1/21/18, 21:50 WIB Last Updated 2018-01-21T14:50:38Z

DALAM ajaran Islam, janji adalah sesuatu hal yang tidak boleh dilanggar. Tidak menepati janji digolongkan kedalam golongan orang-orang munafik, yaitu golongan orang-orang yag dibenci oleh Allah Swt.

Ketika berjanji atau menjanjikan sesuatu kepada orang lain, Islam mengajarkan untuk menggunakan kata “InsyaAllah” yang artinya “dengan izin Allah atau Jika Allah menghendaki”.

Jika melihat yang terjadi saat ini penggunaan kata Insyaallah masih digunakan dalam menjanjikan suatu hal. Namun ada perbedaan yang cukup signifikan antara maksud dari penggunaan Insyaallah yang sebenarnya seperti yang dilaksanakan pada masa Rasulullah dan masa sahabat dengan maksud penggunaan InsyaAllah pada zaman sekarang.

Apabila kita lihat saat ini, kata “Insyaallah” sangat gampang diucapkan ketika membuat suatu perjanjian. Walaupun masih ada keraguan untuk menepati janji tersebut atau dengan kata lain kata insyaAllah diucapkan hanya untuk formalitas saja.

Penggunaan kata InsyaAllah dengan maksud perjanjian yang dilakukan sudah sangat kuat dan benar-benar akan dilaksanakan kecuali Allah membatalkan dengan hal-hal yang tidak terduga.

Dalam membuat suatu pejanjian, Allah mengharuskan kita untuk menggunakan kata InsyaAllah walaupun kita telah benar-benar yakin akan melaksanakannya, namun kita juga harus yakin bahwa Allah lah yang akan menentukan apakah hal tersebut akan terlaksana atau tidak.

Seperti yang disebutkan oleh Allah Al-Quran:

“Dan janganlah sekali-kali engkau mengatakan terhadap sesuatu, “Aku pasti melakukan itu besok pagi,” kecuali (dengan mengatakan) “InsyaAllah”. [QS Al-Kahf : 23-24]

Merujuk pada ayat tersebut, bisa disimpulkan walapun dalam merencanakan sesuatu kita sudah sangat yakin akan melakukannya, tapi harus tetap menggunakan kata InsyaAllah untuk meyakini bahwa semuanya kembali kepada Allah, apakah akan dikendaki demikian atau sebaliknya.

Dalam kasus lain, efek malas juga menjadi penyebab tidak menepati sebuah janji, dan itu dianggap tidak masalah karena telah mengucapkan Insyaallah.

Jadi dalam hal ini kita bisa melihat dengan jelas perbedaan makna Insyaallah yang sebenarnya dengan Insyaallah yang sering digunakan saat ini.

Makna sebenarnya yang diajarkan Rasulullah, apabila seseorang telah mengucapkan kata “Insyaallah” dalam membuat suatu perjanjian, maka janji tersebut bisa dipegang artinya bisa dipercaya. Karena pasti akan ditepati, kecuali ada hal yang Allah timpakan kepadanya yang benar-benar harus membatalkan janji tersebut.

InsyaAllah di Zaman Mellenial

Tapi makna “InsyaAllah” saat ini jauh berbeda, walaupun arti dari Insyaallah masih “dengan izin Allah” tapi maksud dari arti InsyaAllah tersebut sudah salah gunakan.

Apabila seseorang membuat perjanjian, kemudian mengatakan Insyaallah hal ini dianggap kurang pasti atau bisa saja batal karena hal apapun termasuk akibat hal-hal yang disebabkan oleh diri sendiri seperti rasa malas dan lain sebagainya. Jadi penggunaan Insyaallah dimasa sekarang  dianggap suatu hal yang belum pasti.

Padahal apabila kata InsyaAllah digunakan dengan cara dan niat yang benar yaitu kita benar-benar melakukan hal tersebut atau menepati janji tersebut apabila Allah tidak memberinya halangan, maka Allah akan mempermudah langkah kita dan akan memberikan banyak kemudahan lainnya.

Seperti kisah nabi Ismail dalam surat As Shaffat ayat 102, yang artinya :

“...Ibrahim berkata, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu . maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu.” Dia (Ismail) menjawab “Wahai ayahku! Lakukan apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu, Insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar”. ” [Q.S. As Shaffat : 102].

Dari kisah diatas tersebut tergambar bahwa Nabi Ismail telah benar-benar pasrah dan yakin kepada Allah. Ia rela disembelih dan mengatakan bahwa ia akan termasuk golongan orang-orang yang sabar (InsyaAllah).

Artinya ia telah benar-benar rela dan sabar untuk disembelih. Berkat ketabahannya itu, akhirnya Allah menggantikannya dengan domba dan Nabi Ismail tidak jadi disembelih. Itu adalah salah satu rahmat Allah yang diberikan kepada orang-orang yang yakin bahwa kehendak Allah adalah yang terbaik.

Jadi, mari kita kembalikan makna InsyaAllah yang sebenarnya, menggunakan kata Insya Allah dengan benar-benar menyerahkan urusan kita kepada Allah dan mengharapkan akan diberikan jalan terbaik. [Nanda Putri]


Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • Perbedaan “InsyaAllah” Zaman Rasulullah dengan Zaman Sekarang

Terkini

Topik Populer

Iklan