FOTO: Tgk Abdullah Syafi'i (Tgk Lah) | Google |
SEJARAH masa lalu Aceh tidak terlepas dari perang yang berkepanjangan. Hal ini diumpamakan seperti telah dibuat sebuah benang merah yang tidak putus dan terus berlanjut. Mulai dari masa kerajaan Aceh Darussalam
hingga era reformasi tercatat telah terjadi beberapa peperangan yang telah dialami bumi Seurambi Mekkah.
Sejarah mencatat diantara peperangan yang dihadapi masyarakat Aceh terdapat dua peperangan yang dikenal sepanjang masa. Peperangan tersebut adalah antara Aceh melawan Belanda dan antara Aceh melawan pihak Indonesia.
Saat itu banyak korban yang berjatuhan akibat peperangan tersebut. Hampir 100.000 nyawa melayang dan paling banyak korbannya adalah masyarakat sipil.
Dalam perang Aceh terdapat beberapa tokoh yang sangat terkenal. Mulai dari Sultan Ali Mughayat Syah, Sultan Iskandar Muda, Keumala Hayati, Tjut Nyak Dhien, Teuku Umar, Tgk Syik di Tiro, Hasan Tiro dan yang terakhir adalah Abdullah Syafi’i.
Dari beberapa tokoh yang disebutkan, perjuangan Tgk Abdullah Syafi’I atau lebih dikenal dengan sebutan Tgk Lah menarik untuk diceritakan. Meski Ia merupakan bawahan dari Hasan Tiro namun perjuangannya patut diperhitungkan.
Hal ini karena Tgk Lah adalah orang yang terlibat langsung dalam memimpin peperangan di medan pertempuran. Karena keberhasilannya dalam medan perang, Hasan Tiro mengangkat Tgk Lah sebagai Panglima GAM (Gerakan Aceh Merdeka)
tertinggi di Aceh.
Tgk Lah lahir tanggal 12 Oktober 1947 di Matang Glumpang Dua, Kabupaten Bireun. Beliau berasal dari keluarga yang sangat sederhana. Ia hanya sempat bersekolah hingga kelas tiga di Madrasah Aliyah Negeri (MAN)
Peusangan.
Lelaki yang berpendidikan hanya sampai lulus MAN Peusangan ini mulai terlibat GAM pada tahun1976. Awalnya Tgk Lah merupakan pimpinan sayap militer GAM wilayah Pidie.
Dirinya tidak mendapatkan pendidikan militer di Libya seperti yang lainnya. Penggunaan kekerasan bukanlah gayanya dalam berjuang. Baginya senjata digunakan hanyalah untuk mempertahankan diri.
Tgk Lah syahid dalam penyergapan yang dilakukan oleh TNI di Jiem-Jiem, Bandar Baru Kabupaten Pidie Jaya. Tepatnya tanggal 22 Januari 2002. Istri dan lima pasukannya ikut syahid dalam penyergapan tersebut.
Makam beliau serta istri dan ajudannya yang syahid dimakamkan di Cubo Kabupaten Pidie.
Sekarangi ini Aceh sudah damai karena hasil perjuangan tokoh-tokoh terdahulu. Ditambah lagi, milad GAM ke-41 sudah di depan mata. Kemungkinan perayaan ini akan dipusatkan di Tiro yang merupakan tempat pertama kali dideklarasikannya GAM
oleh Hasan Tiro tanggal 4 desember 1976.
Kita berharap pil pahit sejarah yang suram bagi masyarakat Aceh janganlah kembali terulang. Cukuplah kejadian masa lalu menjadi pelajaran bagi kita semua untuk menyongsong Aceh yang lebih baik. Sama-sama kita menyatukan tekad untuk Aceh damai berdasarkan UUPA dan MoU Helsinki. [Zikrul Khalis]