Tgk. Sirajuddin Saman S.Pd.I MA. |
HIDUP penuh
berkah yang diiringi dengan kebahagiaan dan ketenangan jiwa merupakan dambaan
setiap manusia,
lebih-lebih umat Islam yang beriman kepada Allah SWT.
Seorang mukmin yang baik tidak
akan mengharapkan harta yang banyak dan berlimpah, tapi keberkahan yang diharapkan. Banyaknya
harta belum tentu berkah, dan sedikit juga belum tentu tidak bahagia dan
melarat.
Berkah juga bukanlah cukup dan
mencukupi saja, tapi berkah juga terlihat dari bertambahnya ketaatan seseorang
hamba kepada Allah, melaksanakan segala perintah-Nya dan meninggalkan segala
larangan-Nya dalam segala keadaan yang ada.
Demikian antara lain disampaikan
Tgk. Sirajuddin Saman S.Pd.I MA, Pimpinan Dayah Khamsatu Gampong Deunong, Darul
Imarah, Aceh Besar saat mengisi pengajian rutin Kaukus Wartawan Peduli Syariat
Islam (KWPSI), di Rumoh Aceh Kupi Luwak, Jeulingke, Rabu (13/9/2017) malam.
"Keberkahan hidup
sehari-hari itu bisa diterjemahkan dengan ketenangan dan kebahagiaan. Semakin
kita mentaati Allah, hatinya tenang dan nyaman, dan juga sebaliknya. Tidak ada
keberkatatan krn telah meninggalkan iman dan taqwa pada Allah," ujar Tgk
Sirajuddin.
Da'i yang akrab disapa Tgk Abang
ini mengungkapkan ayat Alquran yang menjelaskan tentang keberkahan hidup. Dalam
Surat Al-A'raf ayat 96 menyebutkan, "Jikalau sekiranya penduduk suatu
negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka
berkah dari langit dan bumi, tetapi jika mereka mendustakan (ayat-ayat Kami)
itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya"..
Disebutkannya, banyak orang yang
menginginkan agar kehidupannya mendapatkan keberkahan. Tak hanya orang yang
beriman, namun mereka yang jauh dari Allah pun sebenarnya ingin hidupnya
diberkahi.
Meski begitu, banyak yang
menyalah artikan tentang keberkahan dimana sering diarahkan kepada berlimpahnya
harta, kehidupan yang serba menyenangkan dan segala kenikmatan dunia yang terus
bertambah.
"Yang jelas jika kita taat
pada Allah, itulah kunci utama keberkahan karena tahu tujuan hidup ini untuk
beribadah kepada Allah. Ibadah ini tidak semata hanya shalat, puasa, haji dan
lainnya, tapi juga membantu meringankan kesusahan orang lain dan tidak
mengambil hak orang lain dalam hidup, serta menjaga keselamatan sesama muslim
baik dalam perbuatan, sikap maupun lisan kita, juga merupakan bentuk ketaatan
pada Allah," jelas Tgk Sirajuddin yang juga kandidat doktor UIN Ar-Raniry
ini.
Pada kesempatan tersebut, Wakil
Ketua Pengurus Wilayah (PW) Badan Koordinasi Mubaligh Indonesia (Bakomubin)
Provinsi Aceh ini juga menyampaikan empat ciri-ciri orang bertaqwa yang bisa
membawa pada kebahagiaan dan keberkahan hidup.
Pertama, tidak sombong/takabbur,
tapi selalu tawadhuk/rendah hati. Diantara tandanya selalu lebih dulu ucapkan
salam. "Tidak mentang-mentang kaya, menjadi atasan lalu menjadi sombong.
Tidak akan masuk surga orang yang dalam hatinya masih ada sifat sombong, meski
dia rajin shalat . Banyaklah istighfar untuk menghilangkan sifat sombong
ini," terangnya.
Kedua, qanaah yaitu selalu merasa
puas dan cukup dengan apa yang Allah berikan kepada kita dan berterima kasih
atas segala pemberian-Nya. "Jangan sampai kita merasa tidak pernah cukup
dengan rezeki Allah, dan selalu mengeluh kekurangan meski gaji sudah Rp 10- 15
juta. Kalau qanaah pasti merasa cukup apa pun yang didapat. Supaya qanaah, jangan selalu
lihat ke atas, tapi lihatlah pada orang-orang yang jauh di bawah kita agar
timbul rasa syukur," katanya.
Ketiga, Wara', yaitu sifat melalu
menjaga diri agar tidak terjurumus dalam perbuatan dosa. Berupaya tutup
rapat-rapat semua peluang dan celah yang mengarah pada kemaksiatan. Karena
kejahatan/kemaksiatan itu terjadi jika ada peluang dan kesempatan.
Keempat, yaqin/percaya akan ada
hari pembalasan dan pengadilan Allah nantinya. "Hari ini kita yang akan
tentukan neraka atau surga dengan amal perbuatan kita di dunia, dan nanti kita
akan semua pembalasan yang setimpal dari Allah perbuatan kita sekarang,"
ungkapnya seraya menambahkan Khalifah Usman bin Affan, suatu ketika pernah
pingsan melihat jenazah orang diusung, karena membayangkan jenazah itu dirinya
yang banyak dosa, bagaimana nasibnya di alam kubur hingga hari pembalasan
nantinya.