Foto : wasatha.com/Haikal
RAKYAT Aceh terkenal dengan aksi Heroisme perang melawan Penjajah. Salah satunya
aksi melawan Marsose Belanda yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat lereng
Bukit Simpang Mamplam (sekarang Desa
Tambue Kecamatan Simpang Mamplam Kabupaten Bireuen). Kisah keheroikan para
Syuhada sangat jelas tertulis pada dinding makam. Berupa makam delapan pejuang yang dinamai
Syahid Lapan.
Dinamakan makam
Syahid Lapan, karena di situ dimakamkan delapan pejuang yang gugur melawan
Belanda. Mereka adalah Tgk Panglima Prang Rayeuk Jurong Binje, Tgk Muda Lem
Mamplam, Tgk Nyak Balee Ishak Blang Mane, Tgk Meureudu Tambue, Tgk Balee
Tambue, Apa Syehk Lancok Mamplam, Muhammad Sabi Blang Mane, dan Nyak Ben Matang
Salem Blang Teumulek.
Peristiwa
heroik itu terjadi pada awal tahun 1902, para Syuhada Lapan menghadang pasukan
marsose yang berjumlah 24 orang. Mereka semuanya bersenjata api. Sedangkan
pasukan delapan pejuang Aceh tersebut hanya bersenjatakan pedang. Tapi berkat
semangat juang yang tinggi, mereka berhasil menewaskan semua marsose tersebut.
Setelah pasukan
Lapan berhasil melumpuhkan semua serdadu marsose, lalu mereka mengumpulkan
senjata milik penjajah tersebut. Mereka larut dalam euphoria kemenangan. Tanpa
mereka sadari tiba-tiba sejumlah serdadu marsose lain datang dari arah Jeunieb
memberi bantuan. Kedelapan pejuang itu diserang secara membabi buta dan gugur
bersimbah darah. Geram melihat 24 temannya mati, marsose mencincang-cincang
bagian tubuh para pejuang tersebut dengan pedang milik mereka sendiri. Jasad
para syuhada tersebut kemudian dikebumikan dalam satu liang.
Kini, makam
Syuhada Lapan banyak didatangi orang untuk “peuglah
kaoy” (melepas nazar). Dekat makam terdapat celengan beton berbentuk miniatur rumah bagi pengguna jalan
yang ingin berdekah dan diseberang jalan terdapat Mesjid bagi pengguna jalan
untuk shalat maupun istirahat.
Hal menarik
dari makam Syuhada Lapan dinaungi sebatang pohon yang rindang, yakni pohon Sala
Teungeut. Dinamakan pohom sala teungeut, karena sekitar pukul 18.00 WIB
daun-daun pohon itu menguncup dengan sendirinya, seiring senja datang dan
kembali mekar keesokan harinya. Pohon itu tiga tahun lebih muda dari usia makam
Syuhada Lapan, sampai sekarang masih tetap kokoh dan kuat dipinggir Jalan
Medan- Banda Aceh.[Haikal Rizki]/Dhi
Baca Juga :