![]() |
| Banjir bandang di sejumlah wilayah di Aceh. (Foto: BBC). |
Oleh: Mahlan (Mahasiswa KPI FDK UIN Ar-Raniry)
Delapan hari telah berlalu sejak hujan menyapu pagi,
di layar ponselku masih terpantul panggilan rindu
yang tak pernah benar–benar terhubung.
Kugenggam ponsel itu erat,
seakan dari sinyal yang rapuh
akan lahir keajaiban kecil
sekilas kabar dari ayah, ibu,
juga keluarga dan kerabat
yang namanya terus bergema
di ruang dadaku yang sepi.
Berita yang berseliweran
tak lagi sanggup kutatap, kudengar, apalagi kubaca;
hanya suara lembut yang selalu kurindu:
“Nak, sudah salat? Sudah makan? Bagaimana kuliahmu?”
Pertanyaan sederhana,
namun hangat seperti selimut doa.
Di saat seperti ini,
doa menjadi jembatan paling setia
yang menghubungkan rinduku
dengan langit tak bertepi.
Cepatlah pulih, Gayo-ku.
Bisikkan padaku kabar terbaik
kabar tentang ayah dan ibuku,
agar hatiku kembali menemukan rumahnya.
