Aceh Besar, 1 November 2025 — Menjelang senja, Masjid Seulimeum di Kecamatan Seulimeum, Kabupaten Aceh Besar, memancarkan keindahan yang menenangkan. Masjid yang menjadi salah satu ikon spiritual masyarakat Aceh ini bukan hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga ruang refleksi dan harmoni yang menyatu dengan budaya lokal.
Dengan arsitektur tradisional Aceh yang khas, atap tumpang bertingkat, dan nuansa masjid kuno Nusantara, bangunan ini tampil anggun di bawah cahaya matahari terbenam. Ketika jingga senja mulai turun, siluet masjid berpadu dengan sinar cahaya yang memantul pada dinding dan halaman, menciptakan panorama damai yang memanjakan mata.
Di setiap sore hingga menjelang malam, halaman masjid dipenuhi aktivitas sederhana tetapi penuh makna. Warga sekitar, musafir, hingga pengunjung dari berbagai daerah memanfaatkan waktu sebelum Magrib untuk beristirahat, berzikir, atau sekadar menikmati udara sore. Tidak jarang pula para penggemar fotografi hadir, berburu momen cahaya senja yang berpadu harmonis dengan arsitektur masjid.
Menurut warga setempat, waktu terbaik untuk mengunjungi masjid ini adalah antara pukul 17.30 hingga usai salat Magrib. Pada waktu itu, langit menciptakan gradasi warna biru, emas, hingga ungu, sementara lampu-lampu masjid mulai menyala, menambah kesan sakral dan menyejukkan hati.
Berjarak sekitar satu jam perjalanan dari Kota Banda Aceh, Masjid Seulimeum menjadi salah satu destinasi wajib bagi pencinta wisata religi dan budaya. Letaknya yang strategis di pusat kecamatan menjadikannya pusat kegiatan masyarakat, mulai dari kajian keislaman hingga agenda sosial kemasyarakatan.
Ketika azan Magrib berkumandang, suasana berubah semakin khusyuk. Angin sore yang lembut, lantunan ayat suci Al-Qur’an dari pengeras suara, dan cahaya lampu yang mulai bersinar menciptakan suasana damai yang sulit dilupakan. Di momen itu, masjid tidak hanya menjadi tempat rukuk dan sujud, tetapi juga ruang kontemplasi, tempat menemukan kembali ketenangan batin di tengah hiruk-pikuk kehidupan.
Masjid Seulimeum, dengan harmoni arsitektur, budaya, dan spiritualitasnya, menghadirkan pengalaman yang menyentuh — bukan hanya bagi masyarakat Aceh Besar, tetapi juga siapa pun yang datang mencari kedamaian senja.
(Akil Muntada)
