Iklan

Iklan

Paus dari Asia Tenggara Digadang Gadang Sebagai Salah Satu Kandidat Paus Terkuat

4/30/25, 12:52 WIB Last Updated 2025-04-30T05:53:09Z

Luis Antonio Gokim Tagle / Foto: Metro Tv

Banda Aceh - Luis Antonio Gokim Tagle, yang lebih dikenal dengan nama panggilan "Chito," adalah seorang kardinal asal Filipina yang saat ini menjabat sebagai Pro-Prefek untuk Seksi Evangelisasi Pertama di Dikasteri untuk Evangelisasi.

 

Sejak wafatnya Paus Fransiskus pada, Senin (21/04/2025), Tagle muncul sebagai salah satu kandidat kuat untuk menggantikan posisi Paus. 


Pernah dijuluki "Paus Asia" karena pendekatan pastoralnya yang mirip dengan Paus Fransiskus, Tagle memiliki berbagai keunggulan yang membuatnya layak dipertimbangkan sebagai Paus berikutnya.


Tagle lahir pada 21 Juni 1957 di Manila, Filipina. Ia memulai pendidikan teologinya di Ateneo de Manila University, kemudian melanjutkan studi di Catholic University of America di Washington, D.C., di mana ia meraih gelar doktor dalam Teologi Suci pada tahun 1991. 


Disertasi doktoral Tagle berjudul "Episcopal Collegiality in the Teaching and Practice of Paul VI," yang menunjukkanminatnya dalam kolese kepemimpinan gereja dan eklesiologi. 


Disisi pendidikan, Tagle juga pernah mengajar di berbagai institusi teologi terkemuka di Filipina dan internasional.​


Tagle ditahbiskan menjadi imam pada 27 Februari 1982 dan diangkat menjadi Uskup Imus pada 22 Oktober 2001. 


Pada 13 Oktober 2011, Tagle diangkat menjadi Uskup Agung Manila, menggantikan Kardinal Gaudencio Rosales. Selama masa jabatannya, ia dikenal sebagai pemimpin yang rendah hati dan dekat dengan umat, serta aktif dalam berbagai kegiatan sosial dan pastoral.


Kemudian, pada 24 November 2012, Tagle diangkat menjadi kardinal oleh Paus Benediktus XVI. Ia kemudian dipercaya menjabat sebagai Prefek Kongregasi untuk Evangelisasi Bangsa-Bangsa (sekarang Dikasteri untuk Evangelisasi) pada 8 Desember 2019, dan pada 5 Juni 2022, ia diangkat menjadi Pro-Prefek untuk Seksi Evangelisasi Pertama di dikasteri tersebut.


Selain itu, Tagle juga menjabat sebagai Presiden Komisi Interdikasterial untuk Kehidupan Konsekrasi sejak 8 Desember 2019.


Sebagai mantan Uskup Agung Manila dan Prefek Kongregasi untuk Evangelisasi Bangsa-Bangsa, Tagle memiliki pengalaman kepemimpinan yang luas di tingkat global. Ia pernah menjabat sebagai Presiden Caritas Internationalis, lembaga amal terbesar Gereja Katolik, dari 2015 hingga 2022. Pengalamannya ini menunjukkan kemampuannya dalam mengelola organisasi besar dan bekerja sama dengan berbagai pihak di tingkat internasional.


Selain itu, Tagle dikenal dengan pendekatan pastoralnya yang inklusif dan penuh belas kasih. Ia sering menekankan pentingnya Gereja untuk mendekati mereka yang terpinggirkan, termasuk kelompok LGBTQ+, orang yang bercerai dan menikah kembali, serta mereka yang hidup dalam kemiskinan. 

Meskipun tetap setia pada ajaran Gereja, Tagle mendorong dialog dan pemahaman yang lebih besar terhadap mereka yang sering kali diabaikan oleh masyarakat.


Kemudian, Tagle memiliki kemampuan komunikasi yang luar biasa dan karisma pribadi yang kuat. Ia sering diundang sebagai pembicara di berbagai forum internasional dan dikenal karena pidato-pidatonya yang mendalam dan menyentuh hati. Kemampuannya untuk menyampaikan pesan-pesan iman dengan cara yang relevan dan mudah dipahami membuatnya dihormati di kalangan umat Katolik di seluruh dunia.​


Sebagai seorang pemimpin Gereja, Tagle aktif terlibat dalam dialog antaragama dan ekumenisme. Ia percaya bahwa kerja sama antaragama dan antar denominasi Kristen sangat penting untuk menciptakan perdamaian dan saling pengertian di dunia yang semakin pluralistik. Keterlibatannya dalam berbagai inisiatif dialog menunjukkan komitmennya terhadap persatuan dan perdamaian global.


Disisi lain, Tagle memiliki perhatian yang mendalam terhadap isu-isu sosial, termasuk kemiskinan, ketidaksetaraan, dan keadilan sosial. Ia sering menekankan pentingnya Gereja untuk menjadi suara bagi yang tidak bersuara dan bekerja untuk keadilan sosial. 

Meskipun memiliki banyak keunggulan, Tagle juga menghadapi beberapa tantangan dan kontroversi. Beberapa pihak mengkritiknya karena pendekatannya yang dianggap terlalu progresif dalam beberapa isu, seperti sikapnya terhadap kelompok LGBTQ+ dan orang yang bercerai dan menikah kembali. Namun, ia tetap teguh pada keyakinannya bahwa Gereja harus menjadi tempat yang inklusif dan penuh belas kasih bagi semua orang. [Mahlan]

Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • Paus dari Asia Tenggara Digadang Gadang Sebagai Salah Satu Kandidat Paus Terkuat

Terkini

Topik Populer

Iklan