![]() |
Anies Baswedan membaca buku How Democracies
Die. FOTO/INSTAGRAM/@Aniesbaswedan |
Banda Aceh –Setiap tanggal 23 April, dunia memperingati Hari Buku Sedunia. Peringatan ini pertama kali dicanangkan oleh UNESCO pada tahun 1995. Pemilihan tanggal tersebut didasarkan pada hari wafatnya dua sastrawan besar dunia, yakni William Shakespeare dan Inca Garcilaso de la Vega.
Hari Buku
Sedunia tidak hanya ditujukan untuk mengenang para penulis hebat, tetapi juga
sebagai upaya membangkitkan kesadaran akan pentingnya budaya membaca. Momen ini
menjadi penghargaan bagi para penulis yang telah memberi inspirasi melalui
karya-karyanya.
Namun, kondisi
di Indonesia justru memperlihatkan hal yang memprihatinkan. Rendahnya minat
baca masyarakat menyebabkan banyak toko buku harus gulung tikar.
Dalam sebuah
episode podcast di channel YouTube Rotivi Media yang dipandu oleh Ronal
Surapraja dan Tike Priatnakusumah, Anies Baswedan berbagi teknik membaca buku
yang efektif dan tidak konvensional. Ia mulai dengan membaca pendahuluan,
kemudian melompat ke bagian kesimpulan, dan baru setelah itu menelusuri bagian
tengah buku.
“Metode ini
memungkinkan saya untuk dengan cepat memahami ide utama dan kesimpulan sebuah
buku, terutama ketika berhadapan dengan buku yang tebal,” jelas Anies dalam
podcast tersebut.
Anies
merekomendasikan untuk fokus pada bagian kesimpulan terlebih dahulu, karena
bagian ini umumnya mengandung pesan kunci yang ingin disampaikan oleh penulis.
Dengan memahami kesimpulan sejak awal, pembaca dapat menelusuri konten buku
dengan lebih terarah dan efektif
Teknik yang
dikembangkan Anies bukan tanpa alasan. Selama menempuh studi Ph.D di Amerika
Serikat, ia harus membaca antara 1.300 hingga 1.600 halaman per minggu. Kondisi
ini mendorongnya untuk mengembangkan teknik membaca cepat dan efisien.
Selain itu,
Anies Baswedan mengungkapkan bahwa ia sangat menikmati proses belajar, baik
dari orang maupun dari buku. Dalam pandangannya, setiap orang adalah sumber
pengetahuan yang nilainya hampir setara dengan buku. Ia percaya bahwa
pembelajaran bisa diperoleh dari berbagai situasi dan interaksi sosial, tidak
terbatas pada sumber tertulis saja.
Anies juga
menyatakan bahwa ia sering membaca sekitar 10–15 menit sebelum tidur. Ia selalu
meletakkan buku di samping tempat tidurnya, menjadikan aktivitas membaca
sebagai sarana untuk beristirahat dan mempersiapkan diri menjelang tidur.
Dengan sentuhan humor, Anies juga menyebutkan bahwa ia terkadang langsung melompat ke bagian ucapan terima kasih atau kata pengantar buku. Ia bergurau bahwa ini adalah cara efisien untuk “terlihat pintar” tanpa harus membaca seluruh isi buku. [Zulkhairi]