Iklan

Iklan

Dukung Anak Betah Belajar di Pesantren

10/31/24, 22:02 WIB Last Updated 2024-11-01T23:46:15Z

Oleh Siti Sa'adah|Mahasiswi Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam STAI Al Fattah Bogor


Walaupun sejak usia sekolah dasar anak bisa masuk pesantren, umumnya orang tua baru "tega" melepas anak ke pesantren setelah lulus SD karena anak dianggap sudah lebih dewasa. Namun, pada tingkat sekolah menengah pertama pun ternyata sebenarnya anak juga belum siap berpisah dari orang tua. Dalam usia ini, anak masih sangat memerlukan perlindungan dan bimbingan langsung dari orang tuanya. Tinggal berjauhan dengan orang tua pada usia ini.
Kehidupan di pesantren pada hakikatnya mengajarkan kemandirian sebagai bekal agar hidup anak. Selain itu, anak akan menemukan dan membentuk keluarga baru bersama teman-teman dan para guru atau Ustadz dan Ustadzahnya. “Selama tak ada keterpaksaan, kondisi psikologis anak pun akan berkembang secara positif, di antaranya perkembangan kemandirian yang semakin baik. Kemampuan untuk mengambil keputusan bagi dirinya sendiri juga akan semakin terasah.


Pendidikan yang baik di pesantren juga akan membuat anak lebih tahan terhadap penderitan atau kenyamanan. Kemampuan untuk teloransi dan bekerja sama pun dapat terbangun dengan baik.
Strategi Agar Anak Optimis
Masalah umum yang dihadapi anak-anak saat memasuki pesantren adalah perasaan tak betah. Wajar saja. “Saat itu anak-anak menghadapi lingkungan dan kultur baru yang sangat berbeda dengan lingkungan dan kultur keluarganya. Risiko terbesarnya, anak-anak ini gagal menyesuaikan diri dengan lingkungan dan kultur baru, bahkan bisa melarikan diri,” jelas Soleh yang juga aktif sebagai anggota Dewan Pendidikan Kota Surakarta ini. Karenanya orang tua perlu mencari strategi agar upaya menyekolahkan anak di pesantren sesuai harapan.

1. Persiapkan jauh hari.
Ketidaknyamanan itu sebenarnya bisa diatasi dengan mempersiapkan anak sebelum memasuki dunia pesantren. Jauh hari, sekitar satu atau dua tahun sebelumnya, orang tua bisa mengondisikan anak dengan cara mengajaknya berkunjung ke pesantren, membaca buku atau menonton film tentang kehidupan di pesantren, dan lain-lain. Sehingga saat memasuki pesantren, anak sudah memiliki gambaran tentang kehidupan di sana, meski mungkin tak sama tetap bertahan. Paling tidak dia memiliki kesiapan.

2.Beri motivasi dan jaga komunikasi
Kerinduan pada keluarga dan suasana hangatnya juga bisa membuat anak menderita. “Oleh karena itu, yakinkan dan berikan jaminan pada anak bahwa meskipun secara geografis berjauhan, dia tetap bisa dekat dengan orangtuanya,” kata Soleh. Maka seharusnyalah. saran Soleh, orang tua mengintensifkan komunikasi dengan anak, terutama di bulan-bulan pertama anak mondok. Caranya, dengan sering menelepon ke pesantren selama memungkinkan, mengirim surat, atau menjenguk anak sewaktu ia boleh dijenguk. Pada saat itu, teruslah beri dorongan bahwa kehidupan di pondok baik bagi masa depannya. Orangtua bisa mengurangi intensitas komunikasi ketika anak sudah terbiasa dengan lingkungan barunya. Semakin lama tinggal di pondok, anak akan merasa memiliki kondisi psikologis yang sama dengan teman-temannya, yang mengikat mereka satu sama lain. Mereka pun menjadi kuat dan tegar bersama.

3.Doa yang intens.
Salah satu doa yang paling makbul adalah doa orang tua untuk anaknya. dan keberhasilan seorang anak sering kali bersumber dari kekuatan doa orangtuanya. Berdoalah pada setiap kesempatan agar anak kerasan, penuh perlindungan dan pertolongan Allah dalam studinya di pesantren.

4.Jangan paksa.
Bila lebih dari setahun anak masih juga merasa tak betah, sebaiknya orangtua mempertimbangkan lagi kondisi pondok pesantren. “Faktanya, memang tidak semua pondok pesantren itu kondusif bagi kehidupan anak-anak kita,” ujar Soleh. Kalau memang anak benar-benar menderita, sebaiknya orang tuanya memindahkannya ke pesantren atau sekolah lain demi kebaikan anak itu sendiri.


Tips Jalin Kedekatan dengan Anak
• Walau tak bisa bertemu setiap saat, kedekatan dan komunikasi orangtua- anak tidak boleh terputus.
• Manfaatkan sebaik-baiknya kesempatan menjenguk yang diberikan pesantren untuk mengintensifkan komunikasi.
• Kadang-kadang anak meminta suatu barang atau makanan tertentu. Tak ada salahnya untuk memenuhi hal tersebut sebagai penguatan atau penguatan buat anak.
• Saat anak libur, maksimalkan kesempatan untuk bersama anak. Jika perlu, orangtua dapat mengurangi aktivitasnya demi kebersamaan dengan anak.
• Teruslah berkomunikasi dengan guru wali di pondok atau pihak pondok lainnya tentang perkembangan anak selama belajar di pesantren.

Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • Dukung Anak Betah Belajar di Pesantren

Terkini

Topik Populer

Iklan