WASATHA. COM, Banda Aceh - Dosen Pascasarjana UIN Ar-Raniry, Yusra Jamali dalam dialog publik yang di selenggarakan Hurriah Foundation menyoroti sejumlah hal untuk kebaikan politik Aceh.
“Aceh itu bekas konflik, kehidupan paska konflik adalah saling tidak percaya. Saling ketidak percayaan ini terus terjadi, bila terjadi sedikit gesekan maka ini menjadi batu sandungan konflik,” ujar Dr Yusra Jamali, Rabu (10/11) di Banda Aceh.
Menurutnya, persoalan tidak saling percaya ini harus diselesaikan. Sumbatan harus dilakukan dan di sinkronisasi kebijakan antar instansi harus dilakukan secara komprehensif. Kalau hak masyarakat dan kehidupan masyarakat terus miskin dari tahun ke tahun itu bisa jadi sinyal konflik baru nantinya di Aceh.
“Program pemberdayaan masyarakat tidak integrasi, disamping tensi masyarakat untuk keluar dari kemulut kemiskinan juga kecil sekali. Makanya salah satu cara menghindari konflik adalah menjalankan program pemberdayaan masyarakat yang berbasis pada perencanaan dan kebutuhan masyarakat,” tambah Yusra.
Seharusnya setiap intervensi program di Aceh harus sesui dengan kebutuhan masyarakat. Supaya masyarakat Aceh terberdaya dari segala kekurangan sebagai masyarakat paska konflik.
Selain itu, Yusra juga menyebutkan bahwa saat ini terlihat Pemerintah Aceh berjalan sendiri, DPRA berjalan sendiri. Kedepan harus adalah kolaborasi.
“Tentu masing-masing harus bekerja dengan peran masing-masing. Tapi saling percaya dan berkolaborasi sangat penting. DPR Aceh harus bekerja dengan tugas dan fungsinya, gubernur dan aparatur negara lainnya juga demikian,” ungkapnya.
Tak hanya itu, Yusra juga menyorot investasi Dubai kemarin yang gagal. Komunikasi pemerintah harus diperbaiki. Kenapa gagal, harusnya Gubernur menyampaikan kepada publik di Aceh. Supaya kenteraman dan kenyaman calon investasi lainnya meningkat. []
