WASATHA.COM, Banda Aceh - Salah satu dosen Bimbingan Konseling Islam (BKI) Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh, Zalikha diwisuda dari program S3 atau doktoralnya di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, Sabtu (28/02).
Zalikha mengikuti wisuda secara virtual dari rumahnya di Gampong Lam Raya di Kecamatan Montasik, Kabupaten Aceh besar.
Wanita kelahiran tahun 1973 ini menempuh pendidikan S3 dengan memperoleh Beasiswa dari Pemerintah Aceh untuk melanjutkan pendidikan di UIN Sunan Ampel Surabaya.
Zalikha atau yang akrab disapa dengan sebutan Cecek ini menyelesaikan Disertasinya berjudul "ULAMA DAN PEMIMPIN PEREMPUAN DI RANAH POLITIK".
Zalikha Sangat mendorong semangat Perempuan Aceh untuk tetap melanjutkan pendidikan setinggi mungkin hingga dapat berperan di lingkungan Masyarakat bahkan menjadi Pemimpin.
"Saya sangat mendorong perempuan Aceh untuk dapat melahirkan keturunan yang cerdas dan hebat nantinya," Kata Zulaikha kepada WASATHA.COM, Sabtu (27/02).
Zalikha juga menjelaskan jika nantinya wanita telah maju maka tidak menutup kemungkinan wanita akan menjadi pemimpin baik di lingkungan sosial sampai ke ranah politik seperti kaheucik dan sebagainya.
"Jika nantinya wanita telah maju, maka tidak menutup kemungkinan wanita akan menjadi pemimpin baik di lingkungan sosial bahkan ditingkat politik, seperti setingkat Keuchik dan lainnya", ujar Zalikha
Zalikha juga menjelaskan, bahwa dalam catatan sejarah, wanita-wanita Aceh sudah menunjukkan kegemilangan. Dimana Aceh pernah dipimpin oleh Sulthanah atau seorang ratu dan banyak melahirkan pahlawan wanita yang tangguh dan cerdas.
" Emansipasi wanita Aceh sudah tidak patut diragukan lagi, dimana saat Perempuan pernah dipimpin oleh ratu atau Sulthanah dan melahirkan pahlawan Perempuan bahkan laksamana wanita pertama di dunia, selama wanita dapat menjaga marwahnya maka wanita dapat menjadi pemimpin", tambah Zalikha
Tambah Zalikha, dalam perjalanannya, saat ini wanita Aceh justru mengalami kemunduran bahkan di era modern saat ini, masih ada pandangan bahwa wanita tidak dapat menjadi pemimpin.
"Dalam perjalan ini kita melihat eksistensi wanita mengalami Fluktasi bahkan cenderung mengalami kemunduran, dimana muncul semacam stigma wanita tidak dapat menjadi pemimpin, bahkan hal tersebut disampaikan oleh tokoh-tokoh agama dipendidikan tradional yang justru membuat wanita tidak dapat berkembang", imbuh Zalikha.
Di akhir perbincangannya, Zalikha mengharapkan agar wanita Aceh dapat melanjutkan pendidikan setinggi mungkin dan menggapai cita-citanya. Agar dapat melawan stigma bahwa wanita tak dapat menjadi pemimpin dan berhak untuk meraih cita-cita setinggi-tingginya. []