WASATHA.COM, BANDA ACEH - Kementerian Koperasian Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia memberikan dukungan kepada ARC Unsyiah untuk melakukan pengembangan koperasi dan UMKM berbasis produk turunan nilam di Aceh.
Hal ini disampaikan oleh Menkop UKM, Teten Masduki pada kegiatan FDG pengembangan koperasi dan UMKM berbasis produk turunan nilam, Kamis (10/12) secara melalui zoom meeting online.
Teten mengatakan, UKM yang dibangun berdasarkan potensi lokal harus terus dikembangkan. Apalagi, sesuai arahan presiden, saat ini kita harus melirik produk UMKM yang memiliki keunggulan komparatif, yaitu keunggulan yang diminati oleh masyarakat. Nilam adalah salah satunya. Teten yakin, jika pengembangan bisnis nilam ini diperkuat, Indonesia bisa menjadi market leader di dunia.
Penerapan teknologi produksi juga harus terus ditingkatkan ketika kita ingin membangun koperasi dan UMKM, tambah Teten. Pengembangan UMKM yang berbasis teknologi juga menjadi fokus mereka saat ini.
Karena itu, ia sangat mengapresiasi ARC Unsyiah yang telah mengembangkan riset yang cukup baik sehingga minyak nilam bisa punya produk turunan yang sangat banyak. Ia berharap ARC Unsyiah bisa terus konsisten melakukan inovasi dan pengembangan terhadap tanaman nilam.
“ARC akan bisa menjadi role model koperasi inovatif di Indonesia, yang bisa membangkitkan pertumbuhan ekonomi masyarakat”, ujarnya.
Ketua ARC Unsyiah, Syaifullah Muhammad mengatakan, selama ini Indonesia adalah pengekspor terbesar untuk tanaman nilam. Pengembangan koperasi dan UMKM berbasis nilam di Indonesia ini sangat penting kita lakukan agar nilai tambah dari produk nilam yang selama ini hanya dinikmati oleh dunia Internasional, bisa kita nikmati sendiri.
Syaifullah juga menambahkan, selama ini nilam Aceh diekspor ke Singapura, kemudian difraksinasi di Singapura, lalu diimpor kembali ke industri dalam negeri kita. Sekarang hal tersebut tidak perlu lagi kita lakukan, karena kita sudah mampu melakukannya sendiri.
“Proses inovasi teknologi yang sudah ada di Unsyiah sudah sangat memadai. Kita mampu memproses nilam dengan kemurnian yang tinggi dan bahkan bisa menghasilkan sendiri puluhan produk-produk turunan nilam”, tegasnya.
Rektor Unsyiah, Prof. Samsul Rizal mengungkapkan, dalam tiga tahun ini Unsyiah telah membina dan memberikan pelatihan kepada petani nilam yang selama ini keberadaannya sudah hampir hilang di Aceh. Salah satunya mengajarkan para petani untuk memproduksi produk turunan dari nilam.
“Kita berharap kejayaan petani nilam Aceh bisa kembali terangkat melalui jalinan kerjasama yang kita kembangkan selama ini”.
Selama ini, tambah Samsul, Unsyiah juga melakukan pendampingan untuk Desa Inovasi dan Wisata Nilam, Ranto Sabon di Aceh Jaya. Desa ini akan menjadi desa pertama dan satu-satunya di Indonesia yang berfokus pada budidaya dan edukasi nilam. Karena itu pula Unsyiah berhasil meraih penghargaan tingkat nasional dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif untuk program pendampingan perguruan tinggi untuk desa wisata.
Samsul juga memaparkan, pengembangan UMKM berbasis nilam ini membutuhkan sinergi kuat setidaknya dari tiga wilayah. Diantaranya Banda Aceh, dimana Unsyiah sebagai pengendali proses produksi minyak dan turunan nilam, Aceh jaya sebagai pemasok nilam terbesar di Aceh, dan Banda Aceh sebagai kota yang paling banyak mengembangkan ekonomi kreatif.
Turut hadir dalam kegiatan ini berbagai pihak terkait, seperti Bupati Aceh jaya, Walikota Banda Aceh, Kadis Koperasi dan UMKM Aceh, serta berbagai pihak yang konsen dalam bidang ini. ( )