Aceh mempunyai beragam kuliner tradisional
yang khas, tersebar di berbagai Kabupaten yang ada di Aceh tidak terkecuali
Kabupaten Pidie. setiap agenda tahunan dalam kunjungan wisata ke Aceh, Pidie salah satu daerah
yang mendapat bagian dengan perhelatan Pidie apam fair.
Selain apam yang terkenal di Pidie, ada
beberapa jenis kuliner tradisional lainnya yang kita bisa jumpai, walaupun
terkadang untuk menemukannya hanya pada waktu-waktu tertentu seperti, ade ie
leubeu yang biasa nya banyak kita jumpai pada saat bulan ramadhan, halua bluek
yang biasanya di jual pada hari makmeugang, kribueng abi yang dapat kita jumpai
ketika bulan puasa, selain itu ada satu kuliner tradisioanal Aceh yang sudah
langka dan hanya dapaat ditemui pada waktu tertentu saja yaitu kue engkhui.
Ada yang pernah dengar dengan kuliner satu
ini? Dari namanya saja sepertinya tidak
semua orang tahu dengan kuliner yang satu ini, apa lagi para generasi 90an ke
atas untuk mendengarnya saja sangat jarang apa lagi melihatnya. hanya
orang-orang terdahulu yang masih mengetahuinya.
Engkhui begitu sebutannya, memang terasa
aneh cara dari penyebutan namanya, tapi jangan salah soal rasa bakalan
ketagihan, kue engkhui dari segi bentuk hampir sama dengan leughok yang juga
jenis kue yang sangat popular namanya, namun memiliki rasa dan proses pembuatan
dan bahan yang di gunakan berbeda.
Proses pembuatan
Bahan-bahan yang di gunakan dalam pembuatan
engkhui terdiri dari, pisang raja, tepung ketan, kelapa parut, gula dan garam.
Langkah awal pembuatannya, pisang yang sudah di kupas ditumbuk hingga halus,
lalu di campurkan dengan tepung ketan, ditaburai sedikit garam dan gula
secukupnya, aduk merata hingga semua bahan menyatu.
Setelah adonan tercampur rata, langkah
selanjutnya yaitu mengkukus, nah dalam hal ini proses nya cukup unik, yaitu hanya
di ambil secuil atau satu sendok makan adonan lalu di letakkan ke dalam panci
yang sebelumnya telah di taburi dengan kelapa parut hingga panci terisi penuh kembali di taburi
kelapa parut di atasnya. Tunggu kira-kira hanya 15 menit waktu untuk
mengukusnya lalu kue engkhui siap di santap.
Sekarang kue engkhui sangat jarang di buat apa lagi pada
acara-acara sakral seperti khanduri 7 bulanan, di sebabkan karena tidak ada
yang mengetahui proses pengolahannya. oleh karena itu kita mengharapakan kue
engkhui maupun kuliner tradisional lain dapat terus eksis walaupun di zaman
yang sudah maju ini, jika tidak, maka para generasi kedepannya tidak akan tahu
apa lagi melihat kuliner khas-khas Aceh.
*Tulisan ini dikirim oleh Komunitas Beulangoeng Tanoh, Beulangoeng Tanoh atau disingkat dengan BT adalah komunitas yang peduli terhadap pelestarian sejarah dan peradaban di Kabupaten Pidie dan Pidie Jaya.