Tugas seorang wartawan, khususnya seperti wartawan yang
tergabung dalam Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI) sangat mulia,
karena memiliki fungsi menyebarkan ajaran Islam atau misi – misi kerasulan
melalui media.
Karenanya, jurnalistik di dalam Islam, itu amatlah penting.
Itulah ujung tombak dakwah. Apakah media cetak ataupun media elektronik itu
merupakan bagian dari alat untuk menyampaikan amar makruf nahi mungkar.
Demikian antara lain disampaikan Kepala Dinas Pendidikan
Dayah Kota Banda Aceh, Tgk H Tarmizi M Daud, M.Ag, saat mengisi pengajian rutin
Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI) di Rumoh Aceh Kupi Luwak,
Jeulingke, Selasa (12/11/2019) malam.
"Fungsi informasi sangat penting dalam Islam. Lalu
pertanyaannya kenapa hari ini yang semestinya menjadi idola tidak diidolakan
oleh umat Islam? Yang hina menjadi mulia, kenapa begini? Jawabannya adalah
karena informasi. Kenapa bintang film dan artis bisa diidolakan? Itu karena
media, kenapa orang mulia jadi hina juga karena media.
Kalau begitu, peran
media tentu instrumennya-kan manusia, sangat dalam penting agama," ujar
kandidat doktor UIN Ar-Raniry ini. Kalau begitu, kenapa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam
wajib kita idolakan? Karena pada diri Rasul memiliki dimensi ilahiyah yang
hakikatnya adalah suatu kebenaran mutlak dan pasti. Tidak ada nilai ragu dan
kurang.
Bahasa Alquran adalah uswatun hasanah. "Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah". (QS Al-Ahzab: 21).
Ayat Alquran tersebut sangat jelas, untuk menjadikan
Rasulullah sebagai idola maka prinsip utama adalah iman. Orang tanpa iman pasti
ragu untuk mengidolakan Rasulullah.
“Kenapa kita mengidolakan Beliau? Kenapa kita yakin? karena
nilainya 100 persen, kalau masih ragu antara iya dan tidak, maka masih belum
masuk kategori iman,” terangnya.
Dirinya menjelaskan di dalam usul fiqh ada beberapa kata,
ada namanya Azh-Zhann, ini nilainya 75 persen, As-Syakk 50 persen dan ada
namanya Waham 25 persen. Tiga kategori ini tidak disebut iman.
“Iman adalah yakin, maka nilainya haruslah 100 persen, maka
ketika orang beriman tidak boleh ragu. Dia harus jelas,” jelas Wakil Ketua PB
Persatuan Dayah Inshafuddin ini.
Sekarang kenapa orang masih ragu? Berarti imannya belum
bagus, imannya belum komplit. Sama dengan orang bicara ekenomi syariah dan
konvensional. Hari ini ada anggapan masyarakat bahwa itu hanya beda bahasa dan
istilah saja, karenanya harus berhati – hati, ketika beda bahasa justru beda
hukum.
Subtansinya sama, bahasanya beda, karena beda proses. Maka
lahirlah lafadz itu bagian dari instrumen hukum. Seperti seorang melakukan
hubungan layaknya suami istri, jika tanpa nikah disebut zina. Kalau begitu ada orang bilang itu beda bahasa, di ekonomi
syariah disebut mudharabah dan di konvensional disebut bunga. Justru beda
bahasa maka berbeda hukum. Akad ini menentukan prinsip hukum.
"Maka kita lihat bagaimana prinsip kerasulan dengan
prinsip para tokoh. Rasul membawa misi prinsipnya adalah dimensi ilahiah, tidak
mungkin salah. Apa yang disampaikan Rasul kebenaran mutlak dari Allah.
Maka seorang Rasul wajib memiliki sifat Siddiq, Tabligh,
Amanah, Fathanah. Ini objek kinerja para rasul. Rasulullah lewat sifat-sifat
inilah yang menjadi The Rule of Law, atau semacam acuan hukum," sebutnya.
"Kalau begitu kenapa wajib kita jadikan Rasulullah
sebagai idola, karena apa yang disampaikan oleh Rasul adalah kehendak ilahi.
Inilah yang disebut dengan dimensi ilahiah. Beda dengan istilah fans yang
adalah nafsu belaka yang sifatnya sementara," ungkap Tgk Tarmizi Daud yang
juga Ketua Advokasi Rehabilitasi Imunisasi Aqidah yang Terpadu Efektif dan
Aktual (ARIMATEA) Aceh.
Dulu sering mendengar lagu Ona Sutra, Inul Daratista, tapi
berapa lama mereka bertahan, hanya dalam hitungan tahun, setelah itu out.
Banyak lagi artis lainnya, seperti Nike Ardilla. Ada juga yang mengidolakan
pemain sepakbola top dunia seperti Ronaldo dan Messi, dengan kelihaiannya
mengolah si kulit bundar.
Kemudian kalau kita mengidolakan Rasulullah, maka apa yang
dilakukan oleh Rasul, apa yang dibawa oleh Rasul. Siapa Rasul, apa saja yang
muncul dari Nabi, baik perkataannya, perbuatannya, sifatnya, akhlaknya, semua
menjadi contoh. Itulah Uswatun Hasanah.
“Kalau kita katakan cinta kepada Rasulullah, maka ikutilah
apa yang dilakukan oleh Beliau," demikian pungkasnya. [*]