Suasana sesi foto bersama dengan para tokoh perempuan di Aceh |
WASATHA.COM, Banda Aceh - Sebanyak 100 peserta dari berbagai organisasi perempuan di Aceh, Kamis (25/7/2019) mengikuti dialog pencehahan paham radikal dan terorisme di Hotel Mekkah, Banda Aceh.
Kegiatan yang diselenggarakan Bidang Perempuan dan Anak Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Aceh tersebut mengunsung tema ‘Perempuan Agen Perdamaian’.
Kegiatan yang diselenggarakan Bidang Perempuan dan Anak Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Aceh tersebut mengunsung tema ‘Perempuan Agen Perdamaian’.
Kegiatan ini turut dihadiri oleh Staf Ahli Gubernur Aceh
Bidang Pemerintahan Hukum dan Politik, perwakilan dari Kodam Iskandar Muda, Polda Aceh, Badan
Kesatuan bangsa dan politik (Kesbangpol) Aceh, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Aceh, Komunitas, Yayasan serta Akademisi yang aktif di Aceh.
Drs Solihuddin Nasution Kasubit Bina Masyarakat BNPT, sekaligus
pemateri acara mengatakan bahwa perkembangan paham radikalisme dan terorisme
sudah merasuki ke semua kalangan masyarakat Indonesia.
“Saat ini sangat banyak warga Indonesia terjebak dengan
paham radikal dan terorisme, mereka terjabak karena di iming-imingi atau di doktrin
sesuatu yang berbau kemewahan, hal demikian terjadi karena kurangnya informasi
awal yang mereka dapatkan tetang pemahaman dasar radikal,” ujarnya.
Ia juga mengatakan masyarakat Indonesia sangat mudah terpengaruh
oleh paham radikal.
“Paham radikal bisa mudah mempengaruhi masyarakat Indonesia
karena, rasa cinta mereka terhadap negaranya sendiri sangat kecil, selain itu
menurut penelitian yang dilakukan oleh BNPT tahun 2017, menemukan bahwa banyaknya
korban radikal dipengaruhi melalui pemahaman keagamaan,” sebutnya.
Sementara itu Amrina Habibi, Kabid Perempuan dan anak FKPT
Aceh sekaligus pemateri kedua dalam acara tersebut mengutarakan bahwa dari
seluruh provinsi Indonesia, Aceh menduduki peringkat ke 12 mudahnya masuk paham
radikalisme.
“Dari 23 kabupaten Aceh, di Lima Kabupaten rawan akan radikalisme
dan terorisme, salah satunya dibagian timur yang berbatasan dengan Medan,”
ujarnya.
Ia menambahkan, kegiatan itu bertujuan untuk memberikan bekal kepada kaum perempuan sebagai agen perdamaian agar senantiasa melawan gerakan radikalisme dan terorisme, sehingga dapat mengaplikasikan pemahamanya kepada keluarga dan lingkungan terdekat untuk pencegahan penyebaran aliran positif tersebut.
Selain itu salah satu peserta diskusi, Naumani dari Forum
Umat Hindu (FUH) mengunggkapkan sangat beruntung
bisa mengikuti diskusi yang melibatkan perempuan dalam memahami radikal dan terorisme
tersebut.
“Saya pribadi senang mengikuti kegiatan ini, karena
bisa mengetahui tentang pengertian dan bahayanya paham radikalisme, dengan
begitu nantinya saya bisa membentengi keluarga terutama anak saya supaya tidak
terjerumus ke dalam paham radikal dan teroris tersebut,” ujarnya. []