Ahmet Hamdi Akseki |
WASATHA.COM, ANKARA - Perkembangan pendidikan Islam di Turki tidak terlepas dari sosok Ahmet Hamdi Akseki. Meski telah menginjak tahun ke-68 dari wafatnya, Akseki tetap dikenang sebagai pelopor dan kontributor utama literatur Islam di Turki.
Akseki, yang juga merupakan presiden Direktorat Urusan Agama Turki yang ketiga, dikenal karena karyanya tentang etika Islam (adab dan akhlak Islam).
Akseki lahir pada 1887 di distrik Akseki, provinsi Mediterania di Turki, Antalya. Sejak kecil, ia telah akrab dengan Islam dan Alquran. Akseki mulai menghafal Alquran ketika ia berusia 5 tahun.
Dilansir di Anadolu Agency, Rabu (9/1), Akseki kecil kemudian mengambil
kelas dalam bahasa Arab dan mengikuti kelas-kelas belajar dari Abdurrahman Efendi di Mecidiye Madrasah. Selain bahasa Arab, Akseki juga belajar bahasa Persia, agama Islam, ilmu tafsir, fiqih Islam, dan hadis.
Pada 1905, Akseki hijrah ke Istanbul untuk belajar dan mengejar gelar doktoral di Darulfunun (Universitas Istanbul), tempat ia lulus pertama kali di kelasnya.
Di kampus itulah, ia menerima pendidikan tradisional dan modern. Di sana, ia mendapatkan tiga gelar diploma dari fakultas yang berbeda pada usia 32 tahun.
Setelah meraih sejumlah gelar, ia lantas mengabdikan diri di kampus tersebut. Selama berada di jenjang senior di Darulfunun, Akseki diangkat sebagai guru etika, agama, dan filsafat agama di Mekteb-i Bahriyye-i Sahane (Sekolah Angkatan Laut Heybeliada) di pulau Heybeliada di Distrik Adalar di Istanbul.
Akseki yang telah malang melintang di dunia pendidikan, memulai karier menulisnya pada 1908. Ia bekerja untuk majalah Sebilurresad sebagai koresponden Romania-Bulgaria, sebelum Perang Balkan pecah pada 1912.
Kesannya tentang wilayah itu diterbitkan di majalah tersebut dengan judul
"Letters from Bulgaria". Ia kemudian pergi ke Anatolia untuk mendukung Perang Kemerdekaan Turki melalui tulisan, khotbah, dan berbagai konferensi.
Antara Januari 1922 dan November 1923, Akseki bekerja sebagai guru studi Islam di Sekolah Menengah Ankara. Saat mengajar di sana, ia diangkat ke Direktorat Yayasan dan Urusan Agama Turki.
Saat menjabat di direktorat urusan agama ini, Akseki mereformasi kurikulum dari Madrasah Dar-al Khilafah (sekolah agama). Selama masa jabatannya, jumlah sekolah agama di Turki bertambah lebih dari tiga kali lipat.
Pada 1924, Akseki diangkat sebagai anggota dewan penasihat di Direktorat Urusan Agama. Selama mengabdi di lembaga ini, ia berkontribusi pada terjemahan Alquran yang diterjemahkan ulama Elmalili Hamdi Yazir.
Terjemahan ini banyak dijadikan sebagai referensi. Akseki juga berkontribusi pada terjemahan dari ringkasan hadis dari Imam al-Bukhari. [sumber:republika.co.id]