Canot, alat masak Anjungan Aceh Besar |
ZAMAN baheula orang tua kita eksis dengan kesederhanaan alat, perkakas, dan ragam alat penunjang hidup.
Dari dapur, semua tersaji serba alami. Alat-alat masak mengandalkan teknologi yang terbuat dari tanah, perapian sederhana dengan modal kayu bakar telah menyulap rasa makanan menjadi begitu wah!
Tidak ada alat, wadah, cawan, dan piring berbahan plastik atau melamin. Semua serba kayu, serba tanah, dan tentunya serba murah karena terbuat dari hasil kreasi tangan manusia yang mengolahnya secara sederhana.
Kita pernah merasakan nikmat tiada tara manakala makan dengan piring berbahab kaleng dengan nasi yang dikukus memakai tungku dengan balutan asap yang keluar dari perapian kayu bakar, bukan dengan rice cooker zaman now.
Kali kedua, Ahad (11/8/2018) saya mampir lagi di anjungan Aceh Besar. Tidak sengaja, saat Maghrib tiba penjaga stand mengarahkan saya naik ke rumah Aceh. Shalat Maghrib berjamaah dengan beberapa penjaga di ruang tengah Rumoh Aceh.
Usai shalat berkesempatan melihat koleksi benda kuno yang dipamerkan di Anjungan Aceh Besar. Setrika arang, cukup lama menyita perhatian saya. Gosokan baju ini, yang ada simbol ayam jagonya, cukup berjaya pada masanya dahulu.
Teringat kembali wangi arang saat gosokan menempel pada daun pisang, pasangan setrika ini jika ada kendala kerak mengeras pada besi baja campur Kuningan jika terlalu panas.
"Zzzzzzzztttttt," begitu suaranya saat badan setrika yang panas menempel ke daun pisang. Aromanya khas, Maghrib itu memori saya kembali mengenang masa dahulu.
Tembikar, guci, rencong, dan kain tenun hasil kreasai masyarakat Aceh Besar zaman dahulu juga dipajang di lemari. Di dalam juga bisa kita lihat para pemimpin dan Bupati Aceh Besar dari masa ke masa, bermula pada gambar Laksamana Keumala Hayati.
PKA kali ini, saya lebih banyak memerhatikan koleksi benda sejarah dan peninggalan masa lalu. Banyak juga melihat bagaimana orang dahulu hidup dan bertahan dengan teknologi yang terbentuk secara alami.
Kunjungan kali ini, selain menguras dompet untuk jajanan kekinian di arena PKA yang disukai anak-anak. Terpikir juga bahwa sebenarnya semua itu sama, makanan atau alat sama berfungsi dan berperan dalam kehidupan manusia.
Bedanya, cara memakai dan memperlakukan alat itu di zaman now. Modifikasi pada jajanan kekinian terlihat di beberapa sudut kuliner di arena ini. Harganya selangit! Rasanya tetap saja. Hanya beda cara mengemas dan memperlakukannya saat disodorkan kepada pembeli.
Orang zaman, mewariskan beragam kerajinan yang bernilai. Cara pendahulu kita hidup juga mewariskan nilai filosofis yang agung. Tidak seperti produk dan alat zaman ini, yang abai dari nilai dan makna.
PKA masih tersisa hingga 18 Agustus, yang mau bernostalgia dengan perkakas zaman dan keluhuran masing-masing budaya kawasan di penjuru Aceh, datanglah!
Kita masih bisa menikmati, bahwa Keuneubah Indatu itu masih ada! [Arif Ramdan]