T Lembong Misbah |
SEMANGAT adalah keadaan pikiran ketika batin tergerak untuk melakukan satu atau banyak tindakan atau kemauan dan gairah untuk bekerja, berjuang, dan sebagainya.
Gairah dan kemauan seseoarang acapkali muncul dan membara manakala deadline waktu yang digunakan menjelang berakhir.
Misalkan saja seorang kontraktor akan memacu kinerja penyelesaian proyeknya jika waktu kontrak kerja tinggal beberapa waktu lagi, demikian pula dalam permainan bola biasanya di saat memasuki injury time terutama kesebelasan yang kalah akan melakukan upaya habis-habisan untuk memenangkan pertandingan.
Semangat juang kontraktor dan semangat tanding pemain bola di atas patut diacungi jempol, sebab hal tersebut mengindikasikan dalam jiwa mereka ada mental juara, artinya tidak mudah keok sebelum peluit panjang ditiupkan.
Semangat semacam ini sejatinya muncul juga pada setiap Muslim yang menjalankan ibadah puasa, dimana menjelang berakhirnya bulan Suci Ramadhan adalah waktu yang sangat menentukan. Seperti yang tertuang dalam hadis riwayat Muslim.
"Dari Aisyah RA berkata, 'Rasulullah SAW selalu giat (dalam beribadah) di sepuluh hari terakhir tidak segiat di hari-hari yang lainnya."
Hadis tersebut sangat jelas dimengerti bahwa Rasulullah SAW memiliki semangat tinggi dalam melakukan ibadah menjelang berakhirnya Ramadhan.
"Rasulullah SAW ketika memasuki hari kesepuluh-yakni sepuluh hari yang terakhir dari bulan Ramadan- maka beliau mengencangkan sarungnya, dan menghidupkan malamnya serta membangunkan keluarganya."
Dalam Hadis yang lain "Dari Aisyah RA bahwasannya Nabi SAW selalu beriktikaf di sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadan sampai Allah memanggilnya, kemudian istri-istrinya meneruskan iktikafnya setelah itu."
Semangat Rasul itu sejatinya menjadi semangat umatnya, namun patut disayangkan semangat Rasul tersebut jauh berbanding terbalik dengan semangat umat zaman now, seacara faktual betapa banyak masjid-masjid menjadi lengang, suara hiruk pikuk pengajian mulai menghilang, lantunan ayat suci al-Qur’an seperti meredup, zikir-zikir semakin menyingkir.
Malahan kadang secara vulgar terdengar teriakan nyaring di warung kopi dan pasar-pasar manakala bulan syawal semakin mendekat.
Fenomena ini menggambarkan umat Islam tampaknya kurang mampu memaknai kehadiran bulan Ramadhan. Padahal dalam hadis Rasulullah “Celakalah orang-orang yang memasuki bulan Ramadhan akan tetapi dosa-dosanya tidak diampunkan oleh Allah SWT.
Hal ini wajar, sebab segala keutamaan dan limpahan karunia dan ampunan Allah dibuka selebar-lebarnya di bulan ini, sehingga bagi yang enggan untuk memanfaatkannya tentulah orang-orang yang sombong yang tidak mengenal siapa dirinya.
Karenanya, Allah menyeru: “Bersegeralah pada ampunan Tuhanmu dan Syurganya yang seluas langit dan bumi yang diperuntukkan bagi orang-orang yang bertaqwa.”
Ayo, manfaatkan secara maksimal sisa waktu bulan Ramadhan ini sehingga kita jadi pemenang bukan pecundang. []
[T Lembong Misbah, adalah Ketua Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam (PMI), Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar-Raniry, Banda Aceh]