WASATHA.COM – Kondisi warga sipil Suriah semakin kritis akibat serangan udara yang
menggempur Ghouta Timur terhitung sejak Ahad (18/2/2018). Merespons kondisi tersebut, Aksi Cepat Tanggap (ACT) memberangkatkan Tim SOS for Syria XIV menuju Suriah, Jumat (23/2/2018).
Presiden ACT Ahyudin mengatakan, apa yang kini tengah terjadi di Ghouta Timur adalah sebuah bencana
kemanusiaan besar yang menimpa Bumi Syam. Oleh
karenanya, respons cepat amat dibutuhkan untuk mengatasi krisis tersebut.
“Empat ratus
ribu jiwa terperangkap dalam intensitas perang yang tinggi. Rumah, masjid,
rumah sakit, dan bangunan-bangunan lainnya hancur. Mereka tidak bisa berbuat
apa-apa. Bahkan untuk menyelamatkan diri pun sulit. Belum lagi dengan korban
yang mencapai ribuan. Ini seperti pembantaian besar-besaran. Kita harus
bertindak cepat membantu mereka,” terang Ahyudin.
Ia juga
menambahkan bagaimana Ghouta merupakan tempat istimewa bagi umat Muslim. Ghouta
menjadi benteng atau pusat kekuatan kaum Muslimin. Sehingga, krisis yang
melanda Ghouta Timur atau masyarakatnya harus menjadi perhatian khusus Muslim
dunia.
“Ini menjadi
wasilah bagi umat Muslim dunia. Semua bahu-membahu membantu masyarakat Ghouta Timur maupun kota Ghouta itu sendiri.
Sebab, di sanalah kekuatan umat Islam berpusat, seperti yang dijelaskan dalam
sebuah hadis sahih. ‘Sesungguhnya kekuatan Muslimin pada waktu itu ada di
Ghuthah, di samping kota yang bernama Damaskus yang paling terbaik di negeri
Syam.’ (HR. Abu Dawud),” jelas Ahyudin.
Bantuan pangan
menjadi salah kebutuhan pokok yang amat dibutuhkan para pengungsi Ghouta Timur
saat ini. Mitra Aksi Cepat Tanggap di Suriah menyampaikan, para pengungsi
sangat kesulitan mendapatkan makanan di tengah kondisi genting di sana.
“Mereka butuh
makanan yang siap untuk disantap, bukan bahan pangan yang harus diolah terlebih
dahulu oleh mereka. Hal ini karena peralatan masak itu hampir sulit ditemui.
Semua hancur akibat bombardir pesawat tempur,” jelas Mohammad Hasan, salah satu
mitra ACT di Suriah. []