WASATHA.COM
– Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK)
Universitas Islam Negeri Ar-Raniry pada semester ganjil tahun akademik
2017/2018 berhasil meluluskan Sarjana Starta Satu (S1) sejumlah 628 orang. Dari
jumlah itu, 173 orang diantaranya adalah laki-laki, dan 455 lainnya adalah
perempuan.
Ketua pelaksana Yudisium, Dr. Sri Suyanta, M.Ag dalam sambutannya pada
yudisium lulusan yang berlangsung di Auditorium Ali Hasjmy ini menjelaskan, semua
lulusan tersebut telah menyelesaikan serangkaian syarat-syarat akademik yang
diwajibkan pada FTK UIN Ar-Raniry.
“Lulusan ini berasal dari 13 program studi. Dan 174 di antaranya lulus
dengan predikat istimewa. Sementara lulusan yang lain meraih predikat Baik
Sekali sebanyak 415 orang, predikat Baik sebanyak 39 orang, “ ujar Dr Sri
Suyanta di Banda Aceh , Rabu, (21/02/2018).
Dr Suyanta juga menjelaskan, jumlah yudisium kali ini lebih banyak dari
yudisium yang dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2016/2017. Dan
jumlah lulusan perempuan kali ini lebih banyak dari laki-laki. Sementara jumlah
lulusan terbanyak, kata Dr Sri Suyanta, berasal dari program Studi Pendidikan
Bahasa Inggris sebanyak 127 lulusan, dan dari program studi Pendidikan Agama
Islam (PAI) sebanyak 98 lulusan.
Sementara untuk kategori asal
daerah, lulusan kali ini didominasi mahasiswa dari Aceh Besar sebanyak 124
orang, Aceh Selatan 104 orang. Sementara kabupaten kota lainnya dibawah 100
orang.
Sementara itu, Dr Safrul Muluk, M.Ed dalam orasi ilmiahnya
menyampaikan, salah satu isu yang paling sering dibahas dalam upaya
memperbaiki "service delivery" atau pelayanan di perguruan tinggi
adalah isu manajemen.
Menurut Dr Safrul, tidak dapat dipungkiri bahwa pengelolaan sebuah
institusi, termasuk institusi pendidikan tinggi, menjadi salah satu faktor
utama dalam meningkatkan kualitas lulusan. Bagi institusi apapun, kemampuan
untuk "mengelola perubahan" adalah salah satu kunci terpenting untuk
bertahan hidup dan berkembang.
“Kemampuan institusi pendidikan tinggi untuk melihat peluang, memanfaatkan
kekuatan dan meminimalkan kelemahan yang bertujuan agar lebih efisien dan
efektif adalah sebuah kebutuhan, “ ujar Dr Safrul yang juga Wakil Dekan FTK UIN
Ar-Raniry.
Dr Safrul juga mengatakan, salah satu upaya terpenting yang perlu diberi
apresiasi tinggi adalah perubahan status Institut Ilmu Islam Ar-Raniry (IAIN
Ar-Raniry) menjadi Universitas Islam Negeri Ar-Raniry (UIN Ar-Raniry).
Perubahan status ini, kata Dr Safrul, setidaknya bisa ditafsirkan menjadi
dua hal, perubahan pada UIN Ar-Raniry menunjukkan strategi jangka panjang
yang diambil oleh manajemen atau pimpinan IAIN Ar-Raniry dalam merespons
tumbuhnya jumlah lulusan yang akan masuk universitas dan kemampuan untuk
melihat peluang dalam tradisi. Dan kedua, perubahan pada UIN Ar-Raniry juga
bisa diartikan sebagai "tindakan manajemen strategis" yang akan sulit
dicapai tanpa kemampuan dan kesiapan sumber daya. Sumber daya manusia, sumber
daya keuangan, jaringan yang baik serta dukungan dari pemerintah daerah juga
merupakan komponen penting dari proses perubahan status ini.
“Status perubahan dari sebuah institut ke universitas dianggap sebagai
pencapaian besar dalam meningkatkan dan memperbaiki lingkungan akademik. UIN
Ar-Raniry sejak saat itu dianggap sebagai tujuan akademis yang kompetitif bagi
calon mahasiswa di Indonesia, “ ujar Safrul.
Sementara itu, Dekan FTK UIN Ar-Raniry, Dr Mujiburrahman, M.Ag dalam
sambutannya mengatakan, bertambahnya alumni setiap tahunnya pada satu sisi
menunjukkan bahwa proses pendidikan di FTK UIN Ar-Raniry telah berjalan dengan
baik.
Sementara di sisi lainnya, bertambahnya alumnis merupakan sebuah potensi
yang dapat membantu pengembangan dan kemajuan lembaga ini pada masa mendatang.
Hadir dalam yudisium ini sejumlah Guru Besar UIN Ar-Raniry, seperti Prof. Dr.
Warul Walidin, Ak, MA yang saat ini menjabat sebagai ketua Majelis Pendidikan
Daerah (MPD) Aceh, Prof. Dr. Jamaluddin Idris, M.Ed yang menjabat sebagai Ketua
Kopertais Wilayah Aceh, serta jajaran akademika FTK UIN Ar-Raniry lainnya.
[Teuku Zulkhairi]