![]() |
FOTO: Aneuk Kleung si Robot Terbang |
BICARA tentang
sejarah Aceh maupun Indonesia, ingatan kita pasti tidak akan luput dari peran
Aceh dimasa awal kemerdekaan Indonesia. Bagaimana tidak, berbagai bantuan yang
disumbangkan oleh rakyat Aceh memiliki peranan besar untuk mencukupi kebutuhan
Negara Indonesia.
Salah satunya ialah bantuan berupa kapal
terbang dari hasil patungan masyarakat Aceh dan diberikan nama Dakota RI-001
Seulawah. Pada masanya pesawat tersebut sangat membantu presiden Soekarno untuk
menjalankan tugasnya mengawal setiap provinsi.
Merujuk dari sejarah tersebut, beberapa mahasiswa
Universitas Syiah Kuala Fakultas Teknik yang tergabung dalam tim seulawah
mencoba untuk melahirkan kembali kenangan masa lalu, tetapi inovasi ini bukan
berupa pesawat terbang seperti halnya Dakota RI-001 Seulawah melainkan berupa
robot terbang yang diberi nama Aneuk
klueng dan sebuah racing plane dengan nama Cempala kuneng.
Dua robot terbang tersebut merupakan hasil
karya mereka pertama yang telah mengikuti ajang bersengsi yang diselenggarakan
di Institut Teknologi Sepuluh November dengan tajuk Kontes Robot Terbang
Indonesia.
Dalam perlombaan KRTI 2017, Seulawah team
mengirimkan 14 personil mereka untuk mengikuti dua cabang perlombaan dari 4
perlombaan yang ditandingkan. Divisi pertama yang mengikuti lomba Racing Plane.
Pada cabang ini hasil karya mereka diuji kecepatannya dengan universitas
lainnya.
Menurut penuturan salah satu anggota seulawah
team “pada cabang ini terdapat beberapa kendala salah satunya pada sistem
pelontar pesawat yang kurang efektif dikarenakan minimnya persiapan dan
kurangnya koordinasi dengan pihak panitia”.
Hal itu pula yang mengakibatkan sistem
pelontar pesawat bekerja tidak sesuai dengan harapan mereka dan mengakibatkan
mereka gagal melaju ke babak selanjutnya.
Kendati gagal melaju ke babak selanjutnya,
mereka tetap tampil secara profesional dengan menampilkan akrobat yang memukau
para penonton dan berhasil menyabet penghargaan sebagai the best rookie
(pendatang baru terbaik). Pada divisi ini beranggotakan Rizki Rianto, M.Farhan,
Naufal, Rahmat Setiyawan, Abrar, dan Indra.
Dan divisi yang kedua mengikuti perlombaan
pada cabang Vertical Take-off Landing (VTOL). Ajang ini memperlombakan rakitan
drone terbaik dari setiap universitas yang berpartisipasi.
Penilaian pada lomba ini dilihat dari
kemampuan drone dalam mendistribusikan logistik ke titik yang telah ditentukan.
Dan yang paling banyak mendistribusikan logistik ke titik yang telah ditentukan
tersebut maka dialah pemenangnya.
Kendala yang dihadapi pada cabang perlombaan
ini adalah bentuk dari logistik yang dibagikan panitia terjadi perbedaan dengan
peserta yang lain hingga hasil akhir tidak memihak pada tim seulawah, tetapi
kejadian yang terjadi pada cabang lomba yang pertama terulang lagi pada cabang
perlombaan VTOL, sebuah penghargaan technical award. Prestasi tersebut tidak
luput oleh kerja sama antar anggota pada divisi ini yang beranggotakan
Zulfikar, Rizal, Fenda, Ilham, Fatur, Abizar, dan Raju.
Dibalik pencapaian tim seulawah pada lomba
tersebut, berbagai apresiasi diberikan karena perjuangan mereka dianggap sangat
luar biasa dalam mengharupkan nama universitas maupun Aceh sendiri.
“Pada keikutsertaan yang pertama kali ini
kami mencoba mengambil pembelajaran agar dapat memberikan prestasi yang jauh
lebih baik di masa yang akan datang,” ujar Rahmat Setiyawan, salah satu anggota
dari seulawah team.
Mereka juga berharap dapat memacu para pemuda
yang lain untuk dapat lebih kreatif dan terus melahirkan berbagai kreasi-kreasi
yang lain dan bisa membawa harum nama aceh baik di kancah nasional maupun
internasional.
Agar lebih banyak lagi lahir pemuda dan
pemudi yang bisa berbicara banyak di setiap perlombaaan atau event yang mereka
ikuti, sehingga aceh tak selalu dianggap sebelah mata. Oleh karena itu, marilah
para pemuda dan pemudi coba lahirkan kembali para agam dan inong seulawah yang
dapat berprestasi bukan hanya dengan kecerdasan tapi juga di iringi kreativitas
yang mumpuni. [Muhammad Aulia Akbar]