FOTO : Salimah.or.id |
WASATHA.COM - Komunitas muslim di seluruh dunia kembali mengampanyekan
solidaritas untuk para muslimah yang berhijab.
Setiap tahun di bulan September, diperingati Hari Solidaritas
Hijab Internasional (International Hijab Solidarity Day/IHSD).
Bersama
dengan Solidaritas Peduli Jilbab (SPJ Bogor) dan Forum Silaturahim Lembaga
Dakwah Kampus (FSLDK Priangan Barat), warga Bogor turut menyemarakkan dan
mengampanyekan Hari Solidaritas Hijab Internasional di sepanjang Jalan Sudirman
hingga Lapangan Sempur, Bogor, Ahad (10/9/2017) pagi.
Memanfaatkan
momen Hari Bebas Kendaraan Bermotor (Car Free Day), puluhan muslimah berhijab
melakukan sosialisasi dengan semboyan ‘Yuk Berjilbab Syari’, ‘Jilbab Is My
Identity’, dan ‘Syari Is a Must’.
Sarah Nabila
dari FSLDK Priangan Barat mengatakan, mengenakan hijab syari adalah kewajiban
setiap muslimah. Karena itu adalah perintah Allah. Tidak perlu merasa ‘sudah
baik’ untuk berhijab, semua wajib mengenakannya.
“Ada pun
kriteria hijab syari ialah, tidak membentuk lekuk tubuh; tidak tembus pandang,
dan menjulur hingga menutupi dada,” tutur mahasiswi Universitas Ibnu Khaldun
Bogor (UIKA), seperti diberitakan mirajnews.com
Selain
melakukan sosialisasi dengan membagikan flyer, para muslimah dari
SPJ Bogor dan FSLDK Priangan Barat juga membuka Syari Room dan
membagikan hijab syari gratis kepada masyarakat yang ingin mencoba.
Mereka juga membuka kotak donasi untuk saudara-saudara muslim di
Rohingya.
Saidah
Chumairoh, Penanggung Jawab dari SPJ Bogor mengungkapkan, Syari
Room menjadi sarana bagi teman-teman SPJ Bogor untuk menyampaikan
edukasi yang mendalam seputar hijab syari.
Banyak dari pengunjung Syari Room
adalah pelajar sekolah menengah.
“Di Syari
Room, kita mengajak ngobrol teman-teman mengenai alasan mereka berhijab.
Ada yang karena disuruh orang tua, juga aturan sekolah. Alhamdulillah
istiqamah, namun beberapa dari mereka belum menggunakan hijab
secara syari. Maka dari itu, kami berikan hijab gratis dan menjelaskan tata
cara penggunaan hijab secara syari kepada mereka,” tutur alumnus Institut
Pertanian Bogor tersebut.
Alhamdulillah, tambah Saidah, dari penggalangan dana kemanusiaan yang juga
dilakukan oleh teman-teman, terkumpul donasi sebesar Rp. 1.784.300,00. Donasi
tersebut akan disalurkan melalui Puskomda FSLDK Priangan Barat.
Salah satu
peserta kegiatan, Sarah Muthiah Widad mengungkapkan harapannya agar warga Bogor
semakin sadar akan pentingnya hijab syari.
Menurutnya, kegiatan ini juga
menunjukkan bahwa kebermanfaatan dakwah Islam harus dirasakan oleh semua orang.
“Semoga
teman-teman semua bisa menjadi perantara hidayah bagi masyarakat. Utamanya yang
mengunjungi Syari Room. Semoga istikamah menggunakan hijab syari,” ucap
mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu.
Hari Solidaritas Hijab Internasional
Hari Solidaritas
Hijab Internasional dilatar- belakangi saat The Muslim Women’s Society(MWS)
dan the
Muslim Association of Britain (MAB) menyelenggarakan ‘Assembly
for the Protection of Hijab’ (Pro-Hijab) pada tanggal 12 Juli
2004.
Konferensi
tersebut didukung oleh banyak organisasi internasional, beberapa diantaranya
adalah Liberty
for Human Rights, The National Assembly Against Racism(NAAR), The
Federation of Islamic Organisations in Europe (FIOE), Islamic
Forum of Europe(IFE), Islamic Society of Britain (ISB), Association
of Muslim Lawyers (AML), Federation of Student Islamic
Societies in the UK (FOSIS), Muslim Lawyers (ML),
dan EMEL Magazine.
Agenda ini
didukung pula oleh pejabat-pejabat yang berwenang seperti Fiona McTaggart
MP, Ken Livingston (Walikota London), George Galloway MP, Caroline Lucas MEP
dan masih banyak tokoh/figur lainnya baik dari Eropa maupun Dunia. Tamu
Kehormatan dalam agenda ini salah satunya ialah Sheikh Yusuf Qaradawi, Ketua
‘European Council for Fatwa and Research’.
The Assembly
for the Protection of Hijab kemudian mendeklarasikan 4 September sebagai
International Hijab Solidarity Day (Hari Solidaritas Hijab Internasional).
Dipilih karena tanggal tersebut menandai dimulainya tahun ajaran
di Perancis dan awal larangan mengenakan jilbab di institusi akademik Perancis.
Acara
solidaritas pada 4 September diharapkan dapat memberikan gadis-gadis ini
dukungan dan kekuatan untuk memperjuangkan hak-hak mereka.