WASATHA.COM - Rektor Universitas Islam Negeri (UIN)
Ar-Raniry, Prof Dr Farid Wajdi Ibrahim, MA mengatakan, kampus UIN hari ini
sangat responsif gender. Sejalan dengan Aceh yang terapkan Syari’at Islam, kaum
perempuan sangat dihormati.
Hal tersebut disampaikan Prof
Farid saat memberikan sambutan di depan peserta Training of Trainer bagi para
dosen pengasuh mata kuliah responsif gender di lingungan UIN, Senin, (18/9/2017).
Hadir dalam pelatihan ini
sebanyak 50 dosen yang berasal dari berbagai fakultas di lingkungan UIN
Ar-Raniry, para dekan dan wakil dekan dari berbagai Fakultas. Juga dihadiri Dr.
Wahyu Hartono,M.Sc dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak di Jakarta.
“Jika dibandingkan dengan
negara-negara luar, Aceh sudah aman soal gender. Tidak ada lagi bias gender,
kecuali satu dua kasus di daerah. Kalau di kampus itu sudah tidak ada masalah,
“ kata Prof Farid.
Prof Farid juga memberi contoh,
bidang-bidang pekerjaan yabng aman di Rumah Sakit-rumah sakit di Aceh itu
umumnya perempuan yang bekerja, karena memang mereka tidak mampu kerja berat. Mereka,
kata Prof Farid, memang diberikan tugas yang lebih ringan ketimbang laki-laki
sebagai wujud pemulian terhadap kaum perempuan di Aceh.
“Di UIN Ar-Raniry, dua dekan dari
kalangan perempuan. Kenapa saya ikut memilih mereka, karena saya perhatikan
kualitas. Jadi persoalan siapa yang harus tampil kalau di Aceh adalah siapa
yang memiliki kualitas terbaik. Bandingkan dengan kampus-kampus lain yang tidak
ada perwakilan perempuan di jajaran dekan, “ tutur Prof Farid.
Menurut Prof Farid, di Aceh hari
ini anak-anak perempuan sudah lebih terlindungi. Ia memberi contoh, di Cafee-cafee
itu sedikit kaum perempuan. Di Aceh, kata Prof Farid, perempuan juga lebih
tampil kalau di Aceh di depan publik.
Prof Farid juga menyampaikan, hal
tersebut karena memang Islam sendiri juga sangat memuliakan kaum perempuan.
Penamaan benda-benda dalam
Alquran itu sering menggunakan zhamir muannas. Ini artinya, kata Prof Farid,
Islam menempatkan wanita pada posisi yang terhormat. Dan itulah yang diamalkan
di Aceh.
Sementara itu, ketua panitia
pelatihan, Ibu Dr Inayatillah sebelumnya dalam sambutannya
menyampaikan,Training of Trainer ini khusus dibuat bagi para dosen pengasuh
mata kuliah responsif gender di lingungan UIN.
“Tujuannya agar dosen pengampu
mata kuliah responfis gender agar dapat melaksanakan pengajaran dan
pembelajaran yang berkeadilan gender di dalam ruang kuliah, “ ujar Inayatillah.
Acara yang bekerja sama dengan
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak ini, kata Inayatillah,
diselenggarakan mulai tanggal 18 sampai dengan 20 September 2017 di Hotel Grand
Nanggroe dan diikuti oleh 50 orang dosen
dari berbagai fakultas.