Erdogan | FOTO: Fakistan Today |
Diberitakan Anadolu Agency Recep Tayyip Erdogan menuding dunia "menutup mata dan telinga" mereka terhadap situasi di negara bagian Rakhine, di barat Myanmar.
Erdogan juga mengatakan, Turki akan membahas masalah ini di forum-forum internasional: "Kekerasan di Myanmar akan masuk agenda bahasan Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa [pada 19 September]."
Serangan mematikan di pos-pos perbatasan di Rakhine terjadi pada Jumat, menewaskan lebih dari 100 korban jiwa.
Laporan media menyebutkan bahwa ribuan warga Rohingya telah kehilangan rumah mereka setelah pasukan keamanan Myanmar menyerang desa mereka dengan mortir dan senapan mesin.
Ketegangan antara umat Buddha dan Muslim di wilayah tersebut meletus sejak kekerasan komunal pada 2012.
Laporan PBB tahun lalu menyebutkan telah terjadi pelanggaran hak asasi manusia terhadap etnis Rohingya oleh pasukan keamanan, yang dapat dikategorikan sebagai kejahatan kemanusiaan.
PBB mencatat adanya pemerkosaan massal, pembunuhan - termasuk pembunuhan bayi dan anak-anak kecil - pemukulan brutal, dan penculikan. Perwakilan dari Rohingya mengatakan sekitar 400 oranJg tewas dalam operasi keamanan pada Oktober lalu.
Perubahan intelijen
Ketika ditanya mengenai perubahan terbaru dalam Badan Koordinasi Intelijen Nasional Turki, Erdogan berkata, "Intelijen Senior harus menjawab kepala pemerintah sehingga tidak kehilangan mobilitasnya."J
"Jadi, kami mengumpulkan intelijen dan akan mengambil langkah yang sesuai," tambah Erdogan.
Berita Negara Turki, Jumat, mengumumkan bahwa presiden akan mengepalai Badan Koordinasi Nasional Turki yang akan mengawasi aktivitas-aktivitas intelijen, baik militer maupun kepolisian.