FOTO : Google |
PEMIMPIN itu merupakan orang yang
diberikan amanah (kepercayaan) tertentu yang diharapkan dapat melaksanakan
tugas kepemimpinannya sesuai dengan kedudukan dan jabatannya.
Rasulullah saw, pernah mengingatkan, bahwa pemimpin suatu kelompok adalah
pelayan kelompok tersebut. Oleh karena itu, seorang pemimpin hendaklah melayani
dan menolong orang yang dipimpin untuk mencapai kemajuan, kesejahteraan umat
dan keselamatan dunia akhir.
Namun, banyak pula pemimpin yang gagal dalam kepemimpinannya. Hal ini dapat
kita lihat dalam sejarah kepemimpinan di masyarakat dari masa ke masa. Banyak
pemimpin yang dipaksa atau terpaksa mundur dari jabatannya sebelum habis
masanya. Banyak pula pemimpin yang dibenci rakyatnya sehingga mereka dijatuhkan
dan diadili oleh rakyatnya sendiri, malah ada yang dipenjara, dibunuh dan
sebagainya. Mengapa hal itu bisa terjadi? Di antaranya:
Baca : SepuluhTips Hidup Bahagia
Pertama, pemimpin itu tidak menjalankan amanah.
Mereka tidak menunaikan amanah itu karena mereka lupa akan hakikat
kepentingan yang sesungguhnya, atau karena terpengaruh dengan kemewahan duniawi
sampai melengahkan tugas-tugas kepemimpinannya.
Akibat lalai dan terpengaruh duniawi, amanah kepemimpinan tak dilaksanakan
dan dijadikan kepemimpinan itu sebagai peluang untuk mencari keuntungan dan
kekayaan duniawi, sikap dan perilaku seperti itulah yang kemudian melahirkan
berbagai penyimpangan.
Maka muncullah korupsi dan kezaliman lain. Dari penyimpangan itu timbul
ketimpangan dan kesenjangan hidup di masyarakat akibat mengabaikan amanah.
Allah swt berfirman :
“sesungguhnya allah
menyuruh kamu menjalankan amanah kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh
kamu) apabila menetapkan suatu hukum diantara manusia supaya kamu menetapkan
dengan adil” [Qs. An-nisa : 58].
Kemudian rasulullah saw mengingatkan kepada para pemimpin : “siapa saja yang dianugerahkan allah sebagai
pemimpin, tetapi dia tidak berbuat sesuatu untuk kebaikan umatnya (malahan
sebaliknya menipu dan menzalimi umatnya ), allah mengharamkan surga untuknya”.
(HR. Bukhari).
Rasulullah saw bersabda : “asyaddunnaasi
‘azaban yaumul qiyamati imamun jair”. (orang yang paling sakit siksaan di hari
kiamat adalah pemimpin yang zalim (curang) (HR. Thabrani dari abdullah bin
mas’ud).
Oleh karena itu mari kita sadari bahwa menjadi pemimpin itu adalah amanah,
dan amanah itu adalah titipan allah berupa perintah untuk dilaksanakan dengan
sebaik-baiknya, termasuk menjalankan keadilan, baik keadilan hukum, pendidikan,
ekonomi maupun keadilan dalam bidang lain.
Kesejahteraan rakyat, kebenaran dan keadilan juga merupakan tuntutan rakyat
yang telah memberikan kepercayaan penuh kepada para pemimpinnya, oleh sebab itu
melaksanakan amanah allah berarti juga melaksanakan kehendak hati nurani
rakyat.
Baca : CemburulahDengan Terpuji
Kedua, pemimpin yang mengabaikan kejujuran.
Pemimpin yang tidak jujur mereka menganggap nilai materi lebih tinggi
daripada nilai kejujuran, sehingga apabila mereka berhadapan dengan suatu yang
mendatangkan materi atau keuntungan duniawi, kejujuran tidak ada harganya sama
sekali. Maka timbullah kedustaan dan kemunafikan serta kezaliman terhadap
rakyat.
Pemimpin yang tidak jujur itu memang pandai, tetapi pandai menipu rakyat,
mereka licin selicin belut, mereka licik selicik kancil, mereka pandai
merangkai kata, seperti pujangga yang menari di atas kata-kata indah hingga
rakyat terlena terutama ketika berkampanye dengan janji-janji indah yang selalu
berkedok untuk kepentingan rakyat, tapi sesungguhnya adalah orang yang
pembohong (khazzab).
Dalam hal ini rasulullah saw bersabda : “sesudahku
nanti akan ada pemimpin-pemimpin yang berdusta dan berbuat zalim, siapa yang
membenarkan kedustaannya dan membantu kezalimannya, maka ia tidak termasuk golongan
dari umatku dan aku juga tidak termasuk darinya dan ia tidak akan datang
ketelaga (yang ada di surga)”. (HR. Nasa’i dari ka’ab).
Dalam hadits diatas, diisyaratkan akan lahir pemimpin-pemimpin yang suka
berdusta pada diri sendiri dan kepada rakyatnya. Dalam kepemimpinannya dia
selalu menampakkan yang baik dan indah, tetapi dibalik itu ada maksud-maksud
tertentu yang dapat merugikan rakyatnya. Disamping itu juga dia suka berbuat
zalim dan aniaya.
Oleh karena itu, perlu kita sadari bahwa kejujuran itu sesungguhnya amat
tinggi harganya dihadapan allah. Kejujuran juga amat besar nilainya dimata
masyarakat. Maka itulah kejujuran merupakan tolok ukur kepercayaan masyarakat,
merupakan cermin keluhuran dan kemuliaan di dunia dan diakhirat. Dalam hal
kejujuran allah swt berfirman: “hai orang-orang yang beriman, bertawakkallah
kepada allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang jujur”. (Qs.
At-taubah: 119).
Ketiga, pemimpin yang berakhlak mazmumah (buruk)
Bila suatu umat dipimpin oleh orang-orang yang berakhlak buruk tidak
bermoral dan kepribadiannya yang jauh dari nilai-nilai agama serta akhlak yang
mulia, maka bisa dipastikan umat atau rakyat itu akan mengalami penderitaan dan
kesengsaraan. Pemimpin seperti ini akan bertindak sewenang-wenang sehingga rakyatnya
tidak mendapatkan keadilan dan hak-haknya, yang mereka rasakan adalah
kesengsaraan, ketakutan, keresahan dan lainnya. Hal ini membuat umat tersebut
hidup dalam penderitaan dan kekecewaan.
Khusus bagi umat islam, mereka tidak akan mendapatkan kebaikan bila
dipimpin oleh orang-orang non muslim. Sebab suatu kemustahilan bila orang-orang
diluar islam berbuat dengan ikhlas untuk kemaslahatan bagi umat islam. Bahkan
sebaliknya mereka senantiasa berusaha untuk menghancurkan umat islam. Umat
islam juga akan hancur bila dipimpin oleh orang-orang munafik yang tidak jelas
agamanya. Penampilan lahirnya seperti orang islam, tetapi hatinya munafik dan
anti islam.
Pemimpin seperti ini harus diwaspadai oleh umat islam dan harus dihindari.
Dalam hal ini allah swt berfirman : “dan
diantara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik
hatimu, dan dipersaksikannya kepada allah (atas kebenaran) isi hatinya, padahal
ia adalah penentang yang paling keras”. (Qs. Al-baqarah: 204).
Keempat, pemimpin yang tidak kapabel.
Yaitu pemimpin yang kurang cakap, cerdik, dan tidak memiliki kesanggupan
dalam memimpin serta tidak memiliki visi dan misi kedepan.
Dalam islam disebut sebagai orang yang tidak fathanah. Tugas kepemimpinan
di masyarakat sungguh berat, apalagi jika kepemimpinan itu bertaraf nasional,
tentu akan lebih berat lagi, sebab problem yang dihadapi lebih banyak dan
komplek. Karena itu kepemimpinan sangat menuntut seorang pemimpin yang fathanah
(cerdik), yakni cakap, pandai, cerdas, punya kesanggupan dan memiliki visi jauh
kedepan.
Pemimpin yang fathanah itulah yang akan mampu memimpin dan membangun
masyarakatnya. Allah swt berfirman : “serulah
(manusia) kepada jalan tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik…” (Qs. An-nahl: 125).
Menurut satu riwayat, rasulullah saw tidak rela jika umatnya dipimpin oleh
orang-orang yang berakhlak bejat, tidak beriman serta berlaku zalim. Tapi
terkadang umatnyalah yang tidak memperhatikan dirinya dan nasibnya. Hal ini
kelihatan dari cara memilih pemimpin, mereka tidak mengikuti petunjuk allah dan
rasul. [Bahron Ansori | Mirajnews]