SERINGKALI kita
berdoa, seringkali pula kita pernah merasa doa itu belum dikabulkan Allah alias
masih menunggu atau di-pending.
Gerangan apakah sebabnya? Apakah
doa kita yang kurang tepat, kurang sesuai? Padahal Allah Maha Kaya Raya dan
sudah berjanji pasti akan mengabulkan setiap doa hamba-Nya. Seperti di dalam
firman-Nya:
Artinya: “Dan apabila
hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka [jawablah], bahwasanya Aku
adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon
kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi [segala perintah] Ku dan
hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran”.
(QS Al-Baqarah [2]: 186).
Pada ayat lain Allah juga telah
berjanji:
Artinya: “Dan Tuhanmu berfirman:
“Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu…..”. (QS Mu’min [40]:
60).
Tidak diperkenankannya doa kita
bukan berarti Allah menolak atau enggan menerima permintaan hamba-Nya. Namun
Allah adalah Tuhan Semesta Alam yang Maha Mengetahui akan kondisi hamba-Nya.
Kapan dan bilamana Allah mengabulkan permohonan si hamba.
Terkabulnya doa adalah mutlak
kehendak-Nya, bukan kemauan kita. Itu kata kuncinya.
Jadi, yang diperlukan hanyalah
sabar sebentar, pun pasti akan diberi.
Hanya tentu seperti juga sebuah
proposal yang kita ajukan, tentu bisa saja langsung diterima oleh Pimpinan
kita, bisa pula diterima dengan perbaikan, atau ditunda menunggu angaran ada.
Mari kita mencoba menghitung,
barangkali proposal permohonan yang kita ajukan kepada Sang Maha Kuasa masih
ada kekurangannya, hingga kita pun harus menyempurnakannya.
Pertama, kekurangan kita dalam
memohon dengan sepenuh hati. Kita masih kurang serius, seperti ngambang, kurang
tulus dan seolah-olah perlu tidak perlu. Kita masih kurang pengharapan kepada
Allah, masih mengharap juga dari selain-Nya. Kepasrahan kita masih belum 100
persen, bahkan separohnya saja tidak ada.
Kedua, kita masih berbuat dosa
dan maksiat yang jelas-jelas itulah penghambat utama dan penghalang naiknya
permintaan kita ke langit ‘arsy.
Ketiga, kurang mengikuti alur
prosedur yang harus ditempuh untuk terkabulnya doa. Seperti mengawali dengan
istighfar, shalawat, kalimat puji-pujian tasbih, tahmid, takbir, tahlil,
asmaaul husna, dsb.
Termasuk prosedur waktu terbaik
untuk memohon, seperti di antara adzan dan iqamah yang biasanya kita berbicara,
di antara dua khutbah yang biasanya kita suka mengantuk, seusai shalat fardhu
yang biasanya kita langsung bangkit mengejar kesibukan lain, atau pada ini hari
di sepertiga malam yang akhir yang biasanya kita tertidur nyenyak.
Itupun sebenarnya Allah masih
saja mengabulkan permintaan kita, banyak atau yang tampaknya sedikit.
Ya sudahlah, kalau begitu mari
kita perbaiki saja tata kelola ibadah dan prosedur berdoa kita. Sambil dengan
sabar tetap menanti pengabulan itu.
Jadi, sebenarnya bukan Allah yang
mununda atau menggagalkan doa kita. Namun perilaku kita sendirlah yang
menyebabkan pengabulan doa itu tertunda. [Ali Farkhan Tsani | Mirajnews]