BIJI tanaman jika ingin tumbuh
menjadi tunas, lalu menjadi pohon yang kuat, hendaknya ditanam ke dalam tanah.
Jika biji itu dibiarkan saja di atas
tanah, maka kemungkinan sulit tumbuh. Walaupun ada beberapa biji yang bisa
tumbuh juga di atas tanah seperti biji kelapa.
Namun pada umumnya adalah ditanam ke
dalam tanah.
Sama halnya dengan amal. Jika kita
beramal, maka tanamlah dalam-dalam dengan biji keikhlasan. Artinya, harus
benar-benar ikhlas, terkubur ke dalam sehingga tidak diketahui orang lain.
Tidak riya (pamer) yang justru berpotensi menggugurkan amal kita.
Tentu beda dengan yang bersifat
berita atau informasi yang memang harus disiarkan dan disyi’arkan ke khalayak
umat. Sebab memang menyangkut kepentingan umat.
Tapi amal pribadi, seperti shalat
malam, memberi shadaqah, membantu sesama. Tidak perlulah dicerita-ceritakan.
Bahwa dirinya sudah membantu si fulan si fulanah. Masjid itu khan “Saya yang
paling banyak bantu”. “Dia khan berhasil karena saya”.
Bahkan ada satu golongan di akhirat
kelak yang Nabi gambarkan akan mendapatkan perlindungan Allah tatkala tidak ada
perlindungan selain-Nya, salah satunya adalah orang yang bershadaqah dengan
tangan kanannya, hingga tangan kirinya tidak mengetahuinya.
Bisa dibayangkan, tangan kirinya
saja tidak tahu. Apalagi tangan orang lain, mata orang lain, penglihatan orang
lain.
Itulah nilai keikhlasan. Allah
menyebut di dalam ayat:
Artinya: “Padahal mereka tidak
disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya
dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan
menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus”. (QS Al-Bayyinah
[98]: 5).
Untuk itu, marilah kita menanam biji
keikhlasan dengan dalam. Biarlah hanya Allah Yang Maha Tahu. Karena kita
berjuang, beribadah dan beramal adalah karena Allah bukan karena yang lain.
Maka dipastikan kita tidak akan
kecewa, tidak akan melemah, tak kan mundur dari perjuangan atau lari dari
beramal karena Allah.
Semoga kita dapat mengamalkannya.
Walllahu a’lam bish shawwab. Astaghfirullaahal ‘adziim.[Ali Farkhan
Tsani | mirajnews.com].