Foto Ilustrasi |
ZAMAN yang sudah serba canggih ini, dimana manusia sudah banyak sekali mendapat godaan khususnya pemuda.
Banyak teknologi yang bisa melalaikan pemuda dari hal-hal positif yang bersifat
pembelajaran.
Akankah ada pemuda yang mencintai
waktu belajar sebagaimana Ibnu Aqil (1936) yang sampai-sampai mempersingkat
waktu makannya demi belajar lebih banyak. Tak heran jika Ibnu Aqil ini
melahirkan 800 buah karya tulisnya dari berbagai bidang ilmu.
“Saya meringkas semaksimal mungkin
waktu makan. Hingga saya memilih roti kering yang di celup air dibanding khubz
(roti lembab), karena perbedaan waktu yang dibutuhkan untuk mengunyahnya”. (Ibnu
Aqil)
Di zamannya, Ibnu Aqil sudah sangat
perhitungan terhadap waktu. Tak ingin membuangnya walau untuk sekedar makan.
Bukan hanya beliau saja yang
tergila-gila dengan ilmu. Ada beberapa ilmuan muslim lain juga mengalami hal
yang sama diantaranya :
Pertama, Syamsudin Al- Ashbahani
(1373) . Beliau juga banyak menghabiskan waktu untuk belajar, bahkan banyak
menolak untuk makan. Beliau melakukannya karena tidak ingin banyak membuang
waktu untuk bolak-balik ke kamar mandi. Agar waktu belajarnya tak terkurangi.
Kedua, Khalid Bin Ahmad (793). sama
seperti Ibnu Aqil dan Syamsudin Al- Ashbahani, beliau juga tidak mau banyak
makan. Sampai-sampai beliau berkata “Waktu yang paling berat bagiku adalah
waktu dimana saya menghabiskan untuk makan”.
Ketiga, Muhammad Bin Sahnun
(879).beliau selalu menghabiskan waktu untuk membaca dan menulis hingga larut
malam. Ketika pembantunya yang bernama Ummu Mudam menyediakan makanan untuknya
ia mengatakan “Saya sedang sibuk”. Tidak disentuhnya makanan itu sampai-sampai
pembantunya berinisiatif menyuapi tuannya yang sibuk ini.
Begitulah sibuknya para pecinta ilmu
dimasa lalu. Mereka tak sempat untuk makan. Apalagi untuk hal lainnya yang
tidak bermanfaat. Bagaimana dengan kita?. [Nur Halimah]*Dhi