Foto:Wasatha.com/Sri Rahayu
SURAT kabar harian Mesir, Al-Ahram mengangkat
sebuah berita yang berjudul ‘Para dosen
diperguruan tinggi menyarakan para mahasiswi untuk segera menikah’. Berita tersebut menyebutkan bahwa pada minggu
itu, seorang dosen wanita di perguruan tinggi di
Inggris berdiri di depan ratusan para
mahasiswa untuk menyampaikan pesan terakhir dalam rangka pengunduran dirinya dalam praktik belajar mengajar.
Dosen wanita itu berkata ”Inilah diri saya yang
telah mencapai umur enam puluh tahun.
Dalam usia ini saya sudah mencapai tingkat yang paling tinggi. Saya selalu sukses, jabatan saya selalu naik setiap
tahunnya. Saya pun telah berhasil memberkan
andil besar dalam masyarakat. Setiap
detik dir saya selalu mendatangkan keuntungan bagi saya. Saya telah mendapatkan popularitas dan materi
yang cukup banyak. Saya telah mendapatkan
kesempatan untuk berkeliling seluruh dunia. Tetapi sekarang apakah saya bahagia telah mendapatkan semua itu ?
Kesibukan saya dalam belajar, mengajar, keliling
dunia, dan mencari popularitas, telah
membuat saya lupa sebagai seorang wanita, untuk melakukan suatu hal yang lebih penting dari pada itu”.
“Saya lupa untuk menikah, mempunyai anak, dan
menikmati kehidupan dengan tenang. Saya
sama sekali tidak mengingat itu semua, kecuali ketika saya hendak mengajukan permohonan pengunduran diri saya. Saat ini
saya merasa belum melakukan sesuatu
apapun dalam hidup saya”.
“Saya
juga merasa bahwa seluruh usaha yang saya lakukan dalam hidup saya telah
lenyap dengan sia- sia. Saya akan mengundurkan
diri, lalu setelah setahun dua tahun diri
pengunduran diri saya ini, semua orang akan melupakan saya dengan kesibukan masing- masing. Akan tetapi jika saya
menikah dan membangun keluarga yang
besar, maka saya akan melakukan kesan yang indah dan melakukan suatu kebaikan dalam hidup saya”.
“Tugas seorang wanita adalah menikah dan
membentuk suatu keluarga. Selain dari hal
itu, usaha apapun yang dia lakukan tidak akan mempunyai nilai sedikitpun bagi kehidupannya. Saya ingin berpesan
kepada seluruh mahasiswi, agar meletakkan
persoalan ini pada poin nomor satu.
Setelah itu, barulah dia memikirkan pekerjaan dan popularitas”.
Islam adalah agama yang sesuai dengan
dengan fitrah manusia. Manusia selain dianugerahi
rasa cinta dan kasih sayang juga diberi nafsu. Dorongan seks atau libido adalah
bagian dari nafsu yang ada pada diri manusia.
Untuk menyalurkan libido tersebut, Islam membuka gerbang yang disebut pernikahan.
Dalam
Islam, hubungan seks yang dilakukan oleh istri dipandang sebagai ibadah. Dengan pernikahan kita belajar mendewasakan diri. Bila
sebelumnya seseorang hanya belajar
mengatur diri sendiri, setelah menikah ia mesti
belajar mengatur suatu kerja tim yang sederhana, yaitu keluarga.
Dalam
keluarga, seseorang belajar hal baru yang disebut tenggang rasa, berbagi, dan memberi.
Mempertahankan suatu pernikahan sama maknanya dengan berpuasa, yaitu menahan diri dari nafsu-nafsu yang buruk seperti egois dan mementingkan diri sendiri. Orang- orang hanya menghabiskan umur mereka dan tidak
menyadari makna kehidupan sebenarnya,
kecuali setelah mereka memasuki usia senja.
Lebih aneh lagi adalah para wanita muslimah yang
mengikuti cara hidup mereka yang
sembarang tanpa berlandaskan petunjuk yang benar. Allah SWT telah menunjukan dan menerangkan kepada kita jalan
kebenaran itu. Beruntunglah orang yang
dapat mengambil pelajaran dari orang lain. Maka,
hendak kemanakah kalian, wahai wanita muslimah ? (Sri Rahayu/Eva)
Sumber:
Dikutip dari buku 8 dari 45 peristiwa kisah, hikmah mengesankan dan
menakjubkan Karya prof. Dr. Umar Sulaiman Al-Asyqar