Foto:Google.com
Satu
hal yang sering sekali dilupakan oleh manusia adalah mengingat mati. Pada
setiap diri manusia kematian menjadi sesuatu yang melekat dan mengintai di
manapun dan siapapun. Dan pada hakikatnya manusia hidup untuk menunggu
kematian.
Kematian
selalu menjadi misteri dan rahasia yang Maha Mengetahui. Tak ada satupun
manusia di dunia yang tahu kapan maut akan menjemputnya. Sebagaimana firman
Allah pada surat Al-‘Ankabut ayat 57:
''Setiap jiwa merasakan kematian, kemudian kepada kami kalian akan
dikembalikan.'' (Qs. Al-'Ankabût [29]: 57).
Kematian itu bagaikan
pintu, setiap orang akan memasukinya. Kematian adalah syarat bertemu dengan
Allah. Oleh sebab itu, seorang muslim sejati tidak pernah menganggap kematian sebagai
kematian. Ia hanya merupakan sebuah perpindahan, dari dunia menuju akhirat.
Dari kematian sementara menuju kehidupan hakiki, kampung akhirat. Ia hanya
merupakan titik akhir dari perjalanan seorang manusia di dunia.
Orang-orang kafir tidak
percaya bahwa akan ada hari kebangkitan setelah mati. Mereka hanya beranggapan
bahwa dunia inilah segalanya, tempat di mana mereka mencari kesenanga hidup. ,
kematian tidak pernah ada karena menurut mereka dunia ini lah segalanya. Sebagaimana
Allah menjelaskan sikap ingkar mereka ini pada surat Al-An’am ayat 29:
''Hidup hanyalah
kehidupan kita di dunia saja, dan sekali-kali kita tidak akan dibangkitkan.''
(Qs. Al-An'âm [6]: 29).
Namun kita sebagai
muslim benar-benar yakin bahwa kebangkitan setelah mati itu ada. Orang yang
mengingkari kebangkitan adalah orang-orang yang sangat merugi. Allah pun
menjelaskannya dalam surat Al-An’am ayat 31:
''Sungguh telah
merugilah orang-orang yang mendustakan pertemuan mereka dengan Tuhan; sehingga
apabila kiamat datang kepada mereka dengan tiba-tiba, mereka berkata: ''Alangkah
besarnya penyesalan kami, terhadap kelalaian kami tentang kiamat itu!'' sambil
mereka memikul dosa-dosa di atas pungung mereka. Ingatlah, amatlah buruk apa
yang mereka pikul itu.'' (Qs. Al-An'âm [6]: 31). ( Eva Hazmaini)