Kutacane, Aceh Tenggara - Di tengah pesona pegunungan dan hutan lebat Leuser, tersimpan kelezatan kuliner khas Kutacane yang masih setia menjaga cita rasa tradisionalnya. Makanan-makanan khas dari Tanah Alas ini bukan sekadar hidangan, melainkan simbol budaya dan kebersamaan masyarakat Kutacane yang diwariskan turun-temurun.
Salah satu yang paling dikenal adalah Tasak Telu, hidangan ikonik masyarakat suku Alas. Nama “Tasak Telu” berarti “memasak tiga”, merujuk pada tiga bumbu utama bawang merah, serai, dan cabai yang menjadi dasar racikan, menghasilkan aroma harum dan rasa gurih pedas yang menggugah selera.
Tak kalah unik, ada juga Gutel atau Cimpe, jajanan tradisional yang mulai langka. Terbuat dari tepung beras, kelapa parut, dan gula merah, makanan ini dibungkus daun pandan lalu dikukus hingga harum. Dulu, Gutel sering dijadikan bekal perjalanan jauh karena bisa tahan lama, kini hanya muncul di acara adat dan hari-hari besar Islam.
Selain itu, Kutacane juga punya kuliner khas lainnya seperti:
- Manuk Labakh, olahan ayam kampung dengan bumbu santan mentah yang khas.
- Ikan Pacik Kule, masakan ikan air tawar berbumbu rempah yang dimasak dalam daun.
- Kue Khum Khum, kue kenyal isi gula merah yang mirip kelepon dll.
Bagi masyarakat Kutacane, makanan-makanan ini bukan sekadar hidangan, tapi juga bagian dari identitas dan kenangan masa kecil. “Kalau ada acara adat tanpa Tasak Telu, rasanya belum lengkap,” ujar warga yang masih rutin membuat masakan tradisional tersebut.
Kini, sejumlah komunitas pemuda dan pelaku UMKM di Kutacane mulai aktif memperkenalkan kembali kuliner lokal melalui media sosial dan festival makanan. Upaya ini diharapkan mampu membangkitkan kembali kebanggaan terhadap kuliner tradisional dan membuka peluang ekonomi baru bagi masyarakat.
Dengan cita rasa autentik dan filosofi kebersamaan di balik setiap racikan, kuliner khas Kutacane siap menjadi bagian dari kekayaan kuliner Nusantara yang layak dikenal lebih luas. [Roviana]

