Oleh Putri Haliza, Mahasiswa Prodi Bimbingan dan Konseling Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry, Banda Aceh
Di era modern ini, media sosial telah menjadi bagian penting dari kehidupan sehari-hari. Hampir setiap orang memiliki akun di berbagai platform seperti Instagram, TikTok, Facebook, atau X (Twitter).
Media sosial kini tidak lagi hanya menjadi sarana komunikasi, tetapi juga telah bertransformasi menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, bahkan menjadi salah satu kebutuhan bagi sebagian besar masyarakat modern, khususnya kaum muda.
Fenomena yang paling menonjol dari pergeseran ini adalah meningkatnya kecenderungan individu untuk mengunggah dan mempublikasikan aspek-aspek kehidupan pribadi mereka mulai dari momen bahagia, kegiatan sehari-hari, hingga pandangan dan perasaan terdalam ke ruang publik digital. Konten yang mendapatkan interaksi tinggi cenderung lebih sering ditampilkan, mendorong pengguna untuk mengkurasi diri sedemikian rupa agar menarik perhatian.
Kebiasaan mengunggah kehidupan pribadi sering dianggap sebagai cara untuk mengekspresikan diri. Namun, di balik itu terdapat persoalan mengenai batas antara ruang pribadi dan ruang publik.
Tidak sedikit individu yang tanpa disadari membagikan terlalu banyak informasi pribadi, sehingga dapat memunculkan risiko seperti pelanggaran privasi, kecanduan validasi sosial, tekanan psikologis hingga cyber bullying. Apabila digunakan dengan cara yang tepat, kebiasaan berbagi di media sosial dapat memberikan pengaruh yang positif. Banyak orang memanfaatkan platform ini untuk menyebarkan inspirasi, memberikan semangat kepada orang lain, serta menjalin hubungan sosial yang lebih baik dan harmonis.
Walaupun memberikan ruang ekspresi yang luas, praktik berbagi kehidupan pribadi di media sosial juga menimbulkan konsekuensi negatif. Ketergantungan terhadap interaksi sosial berupa tanda suka dan komentar dari pengguna lain dapat memicu tekanan psikologis serta perasaan tidak berharga apabila ekspektasi tidak terpenuhi.
Lebih jauh, kecenderungan membuka terlalu banyak aspek pribadi ke ranah publik meningkatkan risiko kebocoran data dan pelanggaran privasi akibat akses yang tidak terkontrol oleh pihak lain.
Di sisi lain, ekspresi diri di media sosial juga dapat membawa manfaat. Misalnya, individu dapat menyalurkan kreativitas, membangun jejaring sosial, atau menginspirasi orang lain melalui kisah pribadinya. Dengan kata lain, dampak kebiasaan ini tergantung pada tujuan dan kesadaran pengguna dalam membagikan informasi pribadinya.
Kebiasaan mengunggah kehidupan pribadi di media sosial sudah menjadi hal yang wajar di kalangan anak muda masa kini. Melalui media sosial, mereka dapat mengekspresikan diri, membangun citra, serta berbagi pengalaman dengan orang lain. Namun kebiasaan ini sebaiknya dilakukan dengan kesadaran dan rasa tanggung jawab.
Jika terlalu sering membagikan hal-hal pribadi, seseorang bisa menghadapi berbagai masalah, seperti privasi yang berkurang, tekanan dari lingkungan sosial, atau rasa ketergantungan pada perhatian dan pengakuan orang lain.
Oleh karena itu, penting bagi anak muda untuk tahu batas antara hal yang pantas dibagikan dan hal yang sebaiknya tetap menjadi urusan pribadi. []