 |
| Makanan yang banyak mengandung gula. (Foto: Google) |
Gula (glukosa) merupakan bagian yang hampir tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, baik dalam makanan olahan, minuman manis, maupun tambahan dalam kopi dan teh. Meski memberikan rasa manis yang nikmat, konsumsi gula berlebihan dapat membawa dampak serius bagi kesehatan.
Salah satu dampak paling umum adalah obesitas. Gula yang tidak digunakan sebagai energi akan disimpan sebagai lemak dalam tubuh. Penumpukan lemak ini menyebabkan berat badan naik, dan dalam jangka panjang memicu obesitas.
Selain itu, kelebihan gula juga dapat mengganggu sistem pengatur rasa kenyang di otak, membuat seseorang cenderung terus merasa lapar dan makan secara berlebihan.
Obesitas akibat konsumsi gula yang tinggi juga berkaitan erat dengan risiko penyakit jantung. Gula berlebih dapat menyebabkan peradangan, meningkatkan tekanan darah, serta kadar trigliserida semua faktor yang memperbesar kemungkinan terkena penyakit jantung koroner dan stroke.
Tak hanya itu, gula juga berdampak buruk pada kesehatan gigi. Sisa-sisa gula yang tertinggal di mulut menjadi makanan bagi bakteri, yang kemudian menghasilkan asam. Asam inilah yang merusak enamel gigi, menyebabkan gigi berlubang atau karies.
Kesehatan kulit pun bisa terganggu akibat konsumsi gula berlebih. Kadar gula tinggi dapat memicu peningkatan hormon androgen, produksi minyak berlebih, serta peradangan yang memicu timbulnya jerawat. Selain itu, kebiasaan mengonsumsi makanan dan minuman manis juga dapat mempercepat munculnya kerutan dan proses penuaan dini pada kulit.
Beberapa tanda umum tubuh mengalami kelebihan gula antara lain mudah lelah, sering lapar, penglihatan kabur, luka yang sulit sembuh, dan keinginan makan yang terus-menerus. Untuk menjaga kesehatan, Kementerian Kesehatan RI menganjurkan batas konsumsi gula harian tidak lebih dari 50 gram atau sekitar empat sendok makan per hari, termasuk dari semua sumber makanan dan minuman. [Dina Nurul]
