WASATHA.COM - Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa Sallam merupakan contoh teladan terbaik bagi umat Islam dalam menjalani kehidupan di akhir zaman agar bisa membawa keselamatan di dunia dan kebahagiaan di akhirat kelak.
Salah satu cara meneladani Rasulullah adalah dengan mencintai ajaran dan syariat Islam yang dibawanya dengan mengamalkan secara sungguh-sungguh serta menjaga syariat ini dengan sekuat tenaga dari orang-orang yang ingin merusaknya.
Demikian disampaikan Rektor UIN Ar-Raniry, Prof Dr Farid Wajdi Ibrahim MA dalam tausiyahnya pada peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1439 H yang dilaksanakan Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI) di halaman Kantor LKBN Antara Biro Aceh, Lampineung, Banda Aceh, Selasa (6/2/2018).
Turut hadi Walikota Banda Aceh, Aminullah Usman, Tokoh Pers Aceh yang juga Dewan Pembina KWPSI, Harun Keuchik Leumiek, Kapolresta Banda Aceh, AKBP Trisno Riyanto SH, Kapendam Iskandar Muda (IM), Kolonel Kav Rusdi SIP, Kadis Syariat Islam Aceh, Dr. Munawar A. Djalil, Kadis Kominfo Aceh, Marwan Nusuf, Kepala Dinas Pendidikan Dayah Aceh, Bustami Usman, Direktur Dana dan Jasa Bank Aceh Syariah, Haizir Sulaiman dan Anggota DPRA, Musannif serta undangan lainnya.
"Sebagai orang Islam yang mengaku umat Nabi Muhammad SAW, meneladani Rasulullah suatu keharusan yang harus diikuti oleh muslim dalam kehidupan sehari-hari dengan mencintai syariat Islam," ujar Prof Farid Wajdi.
Disebutkannya, yang menyedihkan umt Islam hari ini kita sedang mengalami krisis idola sebagai teladan dalam hidupnya, akibat tidak mau mencontoh Rasulullah.
"Generasi kita hari ini seperti tidak tahu mencontoh kemana lagi, sehingga mereka kadang mencontoh siapa saja yang sebenarnya tidak layak dicontoh karena bisa merusak agamanya dan merusak moralnya. Sehingga tugas kita harus membawa mereka kembali lagi ke Rasulullah agar sukses," terangnya.
Menurut Rektor UIN Ar-Raniry, akhir-akhir ini penerapan syariat Islam di Aceh berdasarkan aturan hukum yang tertuang dalam qanun, kembali mendapat tantangan.
Pihak luar yang tidak senang dengan aturan hukum syariat di Aceh juga mulai menyerang tokoh-tokoh di Aceh yang komit menjalankan aturan syariat seperti Bupati Aceh Besar, Mawardi Ali dan Kapolres Aceh Utara, AKBP Untung Sangaji.
Karenanya, umat Islam di Aceh juga tidak boleh tinggal diam dan berpangku tangan saja membiarkan tokoh-tokoh tersebut diserang oleh pihak luar yang tidak senang dengan syariat di provinsi ini.
"Istilahnya dalam bahasa Aceh, bek sampe prok-prok jaroe watei kalon ureung bela syariat dikap le asei. Mari kita umat Islam Aceh beramai-ramai membantu dan bela mereka yang sedang menjalankan aturan syariat ini, jangan malah kita bersorak senang membiarkannya diserang kelompok anti syariat," tegasnya.
Disinilah peran ukhuwah islamiyah dan persatuan umat Islam, akan sangat terasa ketika kita sesama muslim saling membantu dalam kebaikan dan taqwa demi tegaknya aturan syariat agar semakin kuat di bumi Aceh.
"Mari kita jaga persatuan umat Islam, jangan sampai umat ini terpecah. Mari kita satukan suara dan tekad untuk membela syariat ini dari siapapun yang ingin menyerang dan merusaknya," jelasnya.
Prof Farid juga menyatakan, dengan kehadiran KWPSI di Aceh selama beberapa tahun terakhir, sudah sangat terasa pembelaan dan advokasi media terhadap syariat, dengan pencitraan dan pembentukan opini positif untuk melawan opini negatif dari luar.
"Alhamdulillah, dengan kehadiran KWPSI di tengah-tengah kita selama ini, terasa sudah sangat cair syariat Islam. Setiap serangan yang muncul terhadap syariat dari media luar, pasti KWPSI melalui wartawan-wartawan dari berbagai media tanpa disuruh akan tampil melakukan pembelaan dengan menulis bantahan di media," katanya.
Menurut Farid, banyak daerah lain di negeri ini yang ingin mencontoh penerapan syariat Islam di Aceh. "Karenanya, kita tidak boleh berhenti, kita akan bergerak terus. Kita Indonesia harus menjaga negeri sendiri dan meng-Islamkan negara kita sendiri. Untuk itu mari kita memperkuat tali syariat Islam," katanya.
Peringatan maulid KWPSI tersebut turut dirangkai dengan santunan terhadap 20-an anak yatim dari kalangan wartawan dan masyarakat sekitar.
Sekjen KWPSI Muhammad Saman mengatakan, peringatan maulid Nabi Muhammad dan santunan anak yatim tersebut merupakan kegiatan rutin tiap tahun KWPSI yang terbentuk pada 13 Desember 2012.
"Santunan ini sumbangan yang dikumpulkan dari anggota KWPSI, jamaah pengajian rutin tiap Rabu malam dan mitra yang menyumbang. Kita ucapkan terima kasih kepada para penyumbang karena telah ikut membahagiakan anak yatim," ujarnya.