FOTO: Tgk Syik Cot Ciem | Wasatha/ Zikrul Khalis |
DI masa lalu, ulama-ulama di Aceh sangat berperan penting
dalam berbagai hal. Salah satunya adalah dalam proses penyebaran agama Islam.
Mereka telah berjuang dan berkiprah
dalam usaha memperkenalkan nilai-nilai Islam di Aceh. Mereka mengajak masyarakat
untuk melaksanakan syariat Islam sesuai dengan ajaran Al-Quran dan As-Sunnah.
Sumber-sumber sejarah tentang
kegiatan Islamisasi di nusantara sangat sedikit dan secara keseluruhan
catatan-catatan sejarah tentang pengislaman didalam Literature dan tradisi
melayu masih simpang siur dan beragam keterangannya.
Oleh karena itu, banyak hal-hal yang
sukar terpecahkan sehingga sejarah di nusantara banyak yang bersifat perkiraan.
Seperti salah satu sejarah Tgk Syik
Cot Ciem, tidak ditemukan sejarah yang jelas tentang beliau menjadikan kisah
beliau hanya di jelaskan secara turun-temurun tanpa adanya data yang jelas
tentang riwayat hidup beliau.
Menurut penuturan penjaga makam Tgk
Syik Cot Ciem, Maharaja (60) warga gampong Penadok, Kecamatn Tiro, Pidie. Tidak
banyak informasi yang bisa di jelaskan tentang Tgk Syik Cot Ciem, hanya saja
beliau menjelaskan Tgk Syik Cot Ciem hidup sekitar pertengahan abad ke-18. Beliau
juga menjelaskan Tgk Syik Cot Ciem seorang murid dari seorang ulama besar Aceh pada masa
Sultanah Safiatuddin yakni Abdul Rauf As-Singkily dan juga seperjuangan dengan
Tgk syik di Tiro (Muhammad Saman).
Di jelaskan juga pada komplek makam
Tgk Syik Cot Ciem selain terdapat makam belia juga terdapat makam ulama besar
lainnya yaitu makam Tgk Blang Dhod, dan juga terdapat beberapa makam lainnya
yang di perkirakan makam dari murid serta keluarga dari Tgk Syik Cot Ciem.
Tgk Syik Cot Ciem sendiri wafat pada
tanggal 29 maret 1906 dalam sebuah penyergapan oleh pihak Belanda yang dipimpin
oleh Sersan Gotz (Marsose tua) didalam pertempuran di sekitaran pegunungan Tiro.
Itulah sejarah singkat dari ulama
besar Tgk Syik Cot Ciem, semoga semua amal ibadah beliau di terima di sisi
Allah SWT, dan kita sebagai penerus generasi selanjutnya sudah sepatutnya
menjaga dan merawat peninggalan beliau serta mempelajari tentang kehidupan
beliau. [Zikrul
Khalis]