SUBULUSSALAM – Jika Anda mencari hidangan Nusantara yang tidak hanya lezat namun juga menyimpan semangat perjuangan, Pelleng adalah jawabannya. Makanan khas Suku Pakpak di Subulussalam ini bukan sekadar nasi kuning, melainkan "amunisi" batin yang diwariskan turun-temurun, berfungsi sebagai simbol keberanian, persatuan, dan pengharapan.
Sekilas, hidangan yang tampak dalam foto ini—nasi kuning berbentuk bulat disajikan bersama lauk daging berkuah merah—mengingatkan pada sajian nasi rempah biasa. Namun, Pelleng memiliki ciri khas tersendiri.
Pelleng dibuat dari beras yang diolah khusus dengan campuran kunyit, jahe, bawang-bawangan, serai, dan yang paling menonjol, cabai merah. Setelah dimasak, nasi tersebut akan ditumbuk halus hingga teksturnya menjadi lunak dan lengket, memastikan semua bumbu meresap sempurna.
Rasa pedas dari rempah yang kuat menjadi ciri khas Pelleng, apalagi saat disajikan, ia kerap dihias dengan cabai utuh yang ditancapkan, membuat hidangan ini dijuluki "Pelleng Si Cina Mbara" (Pelleng si Cabai Merah). Pelengkap utamanya adalah gulai ayam kampung atau rendang daging dengan kuah kental, yang dituang langsung di atas nasi, menciptakan kombinasi rasa gurih, pedas, dan beraroma rempah.
Pada masa lampau, Pelleng adalah hidangan sakral yang disajikan untuk para prajurit yang hendak pergi berperang. Makanan ini dipercaya mampu membangkitkan semangat dan kekuatan batin agar mereka kembali dalam kondisi menang dan terhormat.
Tradisi tersebut berlanjut hingga kini. Pelleng disajikan pada setiap perhelatan besar Suku Pakpak yang mengandung unsur harapan dan perjuangan. Mulai dari acara syukuran kelulusan, pelepasan anak yang akan merantau, hingga ritual adat saat meminang jodoh.
Pelleng sebagai Persatuan: Teksturnya yang lengket melambangkan eratnya tali persaudaraan keluarga.
Pelleng sebagai Kekuatan: Rempah dan cabai melambangkan keberanian dan kekuatan untuk menghadapi tantangan baru.
Melalui tradisi ini, Pelleng tidak hanya mengenyangkan perut, tetapi juga menguatkan hati, menjadikannya salah satu warisan kuliner paling filosofis yang harus dicicipi saat Anda berkunjung ke Subulussalam( zulfantri aditya permana)