Iklan

Iklan

Hukum Rimba Menggantikan Rasa Iba

5/10/25, 00:01 WIB Last Updated 2025-05-09T17:01:56Z

 

Teuku Alfin Aulia 
Oleh: Teuku Alfin Aulia, Founder Halaqah Aneuk Bangsa, Mahasiswa Universitas Al-Azhar Kairo Mesir.


Dua peristiwa yang terjadi di Boyolali dan Cianjur menjadi tamparan keras bagi kita semua.


Seorang nenek berusia 67 tahun di Boyolali terpaksa mencuri 5 kilogram bawang putih karena terlilit utang, berakhir dengan penganiayaan oleh petugas keamanan pasar.


Di Cianjur, nenek Aisyah mengalami nasib serupa, dianiaya massa karena tuduhan penculikan yang tak terbukti.


Kedua peristiwa ini menyingkap realita pahit tentang hilangnya nilai-nilai kemanusiaan dalam masyarakat kita.


Rasulullah SAW telah memperingatkan melalui hadistnya: "Sungguh, yang membinasakan orang-orang sebelum kalian adalah, jika ada orang berkedudukan tinggi diantara mereka yang mencuri, mereka membiarkannya, tetapi jika ada orang lemah yang mencuri, mereka menegakkan hukum dengan tegas padanya." (HR. Bukhari)


Hadist ini seakan menggambarkan kondisi masyarakat kita saat ini. Kita menyaksikan bagaimana orang-orang lemah mendapat perlakuan keras, baik dari masyarakat maupun dimata hukum sendiri. Sementara mereka yang berkuasa seringkali lolos dari jeratan hukum, dan dapat hidup aman dibalik privilege hukum dan sosial. 


Nenek di Boyolali yang mencuri karena kebutuhan hidup dihajar hingga terluka, tetapi berapa banyak koruptor yang hidup bebas dengan harta curiannya?


Degradasi moral ini semakin nyata ketika masyarakat lebih memilih menghakimi daripada memahami. Alih-alih menyerahkan permasalahan yang terjadi kepada pihak berwajib, masyarakat lebih memilih main hakim sendiri.


Mereka yang seharusnya melindungi justru menjadi pelaku kekerasan. Petugas keamanan yang menganiaya nenek di Boyolali dan massa yang memukuli nenek Aisyah di Cianjur menunjukkan betapa rendahnya nilai kemanusiaan kita.


Main hakim sendiri telah menjadi cermin bobroknya moral masyarakat. Kita kehilangan kemampuan untuk melihat manusia sebagai manusia, kehilangan kesadaran bahwa setiap orang memiliki kisah hidupnya sendiri.


Disatu sisi, seorang wanita paruh baya bernama Aisyah, harus menjadi korban pengeroyokan massa yang terlampau terbakar emosi, padahal niatnya tak lebih meminta bantuan kepada seorang anak yang tak dikenalnya, hanya untuk dapat membantunya berjalan.


Disisi lain seorang wanita paruh baya terpaksa mencuri beberapa genggam bawang merah karena terlilit hutang, harus menerima amukan massa akibat ulahnya tadi.


Miris, rasa empati dan kasih sayang yang seharusnya menjadi landasan hubungan sosial kita saat ini, seolah telah tergantikan oleh amarah dan kebencian.


Berkaca dari kejadian diatas yang sama-sama menimpa lansia, kelompok yang seharusnya mendapat perlakuan khusus dari semua pihak. 


Pemerintah dalam hal ini, seharusnya dapat terus meningkatkan perhatiannya dalam menjamin dan melindungi kelompok yang rentan.


Bagaimana mungkin kita berbicara tentang kejayaan bangsa dan asta cita Indonesia emas, jika nilai-nilai dasar kemanusiaan, nyatanya mulai dibiarkan terkikis dari kehidupan masyarakat? 


Indonesia Emas bukan hanya tentang kemajuan ekonomi atau teknologi, tetapi juga tentang kematangan sosial dan moral masyarakatnya.


Ketika empati hilang, yang tersisa hanyalah masyarakat yang individualistis dan membuat konsep tersebut sangat utopis untuk diwujudkan. Bagaimana mungkin kita bisa mewujudkan kemajuan bangsa ketika nilai-nilai dasar kemanusiaan telah luntur?


Fenomena ini seharusnya menyadarkan kita akan pentingnya mengembalikan nilai-nilai kemanusiaan dalam kehidupan bermasyarakat.


Ketika seseorang melakukan kesalahan, tugas kita bukan hanya menghukum, tetapi juga memahami dan mencari solusi yang manusiawi.


Keadilan harus ditegakkan, namun tidak dengan mengorbankan rasa kemanusiaan.

Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • Hukum Rimba Menggantikan Rasa Iba

Terkini

Topik Populer

Iklan