Iklan

Iklan

VAR

6/19/18, 22:58 WIB Last Updated 2020-06-27T09:04:44Z
Muhammad Alkaf


MENDAPAT bola dari tengah, Maradona berkelit melewati beberapa pemain Inggris.

Bola disodorkan kepada Valdano. Bola seharusnya diumpankan kembali kepada Maradona yang sudah berlari ke kotak penalti Inggris.

Namun, maksud tak sampai. Bola malah mengenai pemain belakang. Melambung.

Maradona terus mengejar. Juga Peter Shilton, kiper Inggris. Dia pun menyongsong bola.

Terjadilah duel di udara. 165 cm vs 183 cm. Shilton sepertinya akan memenangkan duel di udara itu.

Walau Maradona malah melompat lebih tinggi dari Shilton. Tetapi tangan kipper itu sudah bersiap untuk memetik bola. Tanpa dinyana, Maradona mendorong bola dengan tangannya. Masuk!


Shilton angkat tangan. Tidak sah teriaknya. Wasit asal Tunisia, Ali bin Nasser menunjuk ke garis tengah. Gol itu sah. Maradona merayakan tanpa perasaan bersalah.

Satu waktu, sebelum dunia ini terhubung dengan internet secara luas, seorang teman fanatik sepakbola latin, menunjukkan kepada saya, potongan gambar dari sebuah tabloid olahraga foto ketika Maradona mencetak gol dengan tangannya itu.

Dia memotong, melipat dan menyimpan dengan rapi di dompetnya. Ketika dia menampakkan gambar itu kepada saya, terlihat kebanggaan. Wajahnya berseri. Seperti menyimpan sesuatu yang bernilai.

Dalam sepakbola, hal di atas dimungkinkan terus ada, karena olahraga ini dimainkan oelah manusia dan diatur semanusiawi mungkin. Maksudnya, sedapat mungkin manusia memiliki peranan besar dalam setiap pertandingan.

Jadi ketika ada yang hendak memasukkan tehnologi ke dalam peraturan sepakbola pastilah mendapat tantangan. Walau belakangan, sisi manusiawi, yang merupakan alasan mengapa sepakbola digemari dan memilik cerita, semakin terdesak oleh teknologi.

Diawali dengan teknologi garis gawang. Adalah Michael Platini, saat itu presiden UEFA, menolak keras pemakaian teknlogi itu.

Michael Platini

Platini, yang merupakan pemain sepakbola, mengetahui dengan pasti bahwa olahraga ini dapat bertahan karena diliputi oleh  cerita dan bumbu drama.


Lalu platini menawarkan wasit gawang yang bertugas untuk memastikan bahwa  keadilan dapat tegak di segala peristiwa yang di kotak penalti. Mulai dari pelanggaran sampai dengan bola yang melewati garis gawang.

Sekuat apapun Platini melawan, namun sepertinya teknologi kini sudah terlampau jauh mencampuri urusan sepakbola yang dimainkan oleh manusia.

Kita, sepertinya semakin kewalahan. Teknologi semakin jauh merangsek. Sepakbola kini dikendalikan dengan kamera sedemikian rupa dalam pengambila keputusan penting.

Bahkan, para pemain pun tidak lagi melakukan protes, ketika wasit mengambil keputusan atas bantuan teknologi. Manusia menyerah di hadapan teknologi.

Sepakbola pun kedepannya tidak lagi ditentukan oleh kecakapan. Lalu, apa yang kita harapkan dari sepakbola seperti itu. Dimana semaunya akan diselesaikan oleh kecanggihan sebuah program,. Wasit dan pemain, kelak hanya akan jadi operator, bukan lagi pemeran utama.

Jadi nasib sepakbola, dengan pemain dan wasit sebagai pemeran utamanya, akan seperti tentara dalam perang.

Saya teringat akan percakapan ini, dengan Hatib Abdul Kadir, satu masa di warung Burjo, di Jogja, tentang semakin canggihnya teknologi perang, seperti drone dan misil jarak jauh.

"Tidak akan ada lagi jenderal yang akan diingat seperti Patton dan MacArthur dalam sejarah perang," katanya.

Semua dikendalikan oleh teknologi perang, bukan lagi oleh kecerdasan manusia.

Demikian pula nasib sepakbola di masa depan. Ketika teknologi jauh merangsek untuk mencampuri jalannya pertandingan.

Setelah diawali dengan tehnologi garis gawang. Lalu kini, dengan tehnologi VAR.

Teknologi itu digunakan dengan alasan meminimalisir kesalahan dan kekeliruan.

Padahal, seperti kata Ilham Syahputra, "Sepakbola adalah sejarah kekeliruan itu sendiri."

Tidak akan ada lagi drama, tidak ada lagi cerita sepanjang zaman, dan tentu saja tidak ada lagi sepakbola.

Bila demikian, bukankah lebih baik kita menonton tarkam saja?

[Muhammad Alkaf adalah pengajar di IAIN Langsa, Kurator Di Padeebooks]




Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • VAR

Terkini

Topik Populer

Iklan