PEMUDA biasa, dari keluarga miskin namun menjadi selebriti di
langit. Apasih kelebihan beliau hingga bisa terkenal di langit? yuk baca
ceritanya!!!
Syaikhul Jihad Abdullah Azzam berkata: “Belum dikatakan sempurna keislaman seseorang, jika dia belum
berbuat baik dan berbakti kepada kedua orang tuanya.”
Di Yaman tepatnya di sebuah desa yang bernama Qaran, hiduplah
seorang pemuda dari suku murad yang bernama Uwais Al Qarni. Uwais adalah
seorang pemuda fakir yang mempunyai
penyakit sopak/kusta yang menyebabkan tubuhnya belang-belang.
Uwais adalah seorang pemuda soleh, setiap harinya ia berkerja
menjaga ternak masyarakat di sekitarnya pada siang hari, sedangkan malam
harinya, beliau menghabiskan waktu untuk bersama Allah. Walaupun kehidupannya
jauh dari kecukupan, namun separuh dari penghasilannya di sedekahkan kepada
tetangganya yang senasib dengannya.
Di sebuah gubuk kecil, ia hanya tinggal bersama ibunya yang sangat
ia sayangi dan ia cintai. Ibunya adalah seorang wanita tua yang lumpuh dan buta.
Tak pernah lelah Uwais merawatnya dan menuruti semua permintaan dari sang ibu, hanya
satu permintaan yang belum ia turuti yaitu pada suatu hari sang ibu berkata
kepada Uwais.
“Wahai anakku, mungkin Ibu tak lama lagi bersama dengan mu, ibu mohon
Ikhtiarkan agar ibu dapat mengerjakan haji”
Permintaan itu membuat Uwais termenung, itu adalah permintaan yang
sangat berat bagi Uwais. Perjalanan dari Yaman ke Mekah juga sanga jauh,
biasanya orang-orang mengunakan unta dan membawa bnyak perbekalan. Lantas
apalah dayanya yang hanya seorang fakir.
Lalu Uwais berpikir dan terberpikir, hingga ia mendapatkan jalan
keluarnya. Akhirnya ia membeli seekor anak sapi. Kira-kira untuk apa anak sapi
tersebut? Aneh bukan? sehingga orang-orang di sekitarnya juga sering mengejak
“Uwais gila,Uwais gila”.
Ibunya menginginkan berangkat haji, namun Uwais malah
membeli seekor anak sapi, tidak mungkin naik haji ke Mekkah menggunakan anak
sapi. Kemudian Uwais membuatkan kandang di puncak bukit.
Setiap hari di waktu
pagi Uwais terus bolak-balik mengendong anak sapi tersebut naik turun bukit,
lama kelamaan anak sapi tersebut semakin tumbuh dewasa.
8 bulan berlalu, sampailah pada musim haji, sapi telah mencapai
kurang lebih 100kg, maka terjawablah semua kebingungan tentang perbuatan aneh
tadi. Ternyata itu sebagai latihan untuk mengendong Ibunya berjalan kaki dari
Yaman ke Mekkah!!
Subhanallah... begitu besar
perjuangan Uwais demi Ibunya. Uwais juga mengendong Ibunya ketika melakukan
rukun haji. Ibunya sangat terharu dan bercucuran air mata.
Di hadapan Ka’bah, Uwais berdoa kepada Allah,,,
“Ya Allah, ampuni semua dosa Ibuku”
“Bagaimana dengan dosa mu?” Tanya sang ibu
Maka
Uwais menjawab “Dengan terampunnya dosa ibu, maka ibu akan masuk surga. Cukuplah
ridha dari ibu yang akan membawaku ke surga.”
Sungguh tulus cinta Uwais kepada ibunya, maka Allah menyembuhkan
penyakitnya, namun Uwais meminta agar di tinggalkan satu bulatan di tengkuknya
agar ia bisa selalu bersyukur seperti Lukmanul Haqim.
Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya Allah mengharamkan atas kamu durhaka pada ibu dan
menolak kewajiban, dan meminta yang bukan haknya, dan membunuh anak
hidup-hidup, dan Allah membenci padamu banyak bicara, dan banyak bertanya,
demikian pula memboroskan harta(menghamburkan kekayaan).” (HR. Bukhari dan Muslim).
Uwais juga termasuk pemuda yang hidup di zaman Rasulullah, seorang
umat yang kerinduannya sangat mendalam kepada Baginda Rasul, ia sangat ingin
dapat bersalaman dengan Rasul, memeluk Rasul, memandang wajah Rasul dan juga
mendengar suara Rasulullah, bak seseorang yang rindu dengan kekasih lamanya.
Namun selalu ia berpikir bagaimana dengan kondisi ibunya yang tidak
tega ditinggalkan sendirian. Hatinya semakin gelisah, siang malam pikirannya tak
karuan. Karena kerinduannya yang tidak bisa dibendungkan lagi, akhirnya ia
meluapkan isi hatinya pada sang ibu.
Sang ibu sangat terharu mendengar curhatan Uwais, seraya ia
berkata “Pergilah wahai Uwais, anakku! temuin Rasullullah di rumahnya. Dan
setelah berjumpa dengan Rasul, segeralah engkau kembali pulang!”.
Betapa sangat gembiranya hati Uwais ketika mendengar ucapan ibunya.
Ia langsung mempersiapkan keperlukan untuk ibunya. Sesudah berpamitan sembari
mencium ibunya, berangkatlah Uwais ke
Madiah menggunakan seekor keledai.
Karna perjalanan dari Yaman ke Madinah sangat jauh, lebih dari
500km, hingga keledainya mati di perjalanan, tapi beliau hajatnya terlalu
tinggi hingga tak mengenal kata-kata lelah, Uwais terus melanjutkan
perjalanannya dengan berjalan kaki hingga ia pingsan dan di temukan oleh
seorang penduduk Madinah.
Seketika Uwais sadar ternyata dia udah sampai di kota Madinah, hatinnya
sangat bergembira dan langsung mencari mesjid Nabi (mesjid Nabawi). Sesampainya
di Mesjid Nabawi Uwais duduk menunggu Rasul, namun keberuntungan belum berpihak
kepadanya, karna saat itu Rasul sedang ada peperangan di luar kota Madinah.
Uwais menunggu berhari- hari namun Rasul juga tak kunjung tiba, kerna
mengingat ibunya yang telah lama di tinggal dan akhirnya Uwais pulang dengan
hati yang sangat sedih ke Yaman.
Sepulangnya Uwais ke Yaman, tidak lama kemudian Rasul sampai di
kota Madinah, datanglah Jibril memberitahu akan kedatangan Uwais ke Madinah. Lalu Nabi menceritakan panjang lebar
tentang Uwais kepada para sahabat, hingga ada sahabat yang cemburu dengan
Uwais.
Ini suatu hal yang unik bukan? seorang sahabat cemburu kepada Tabi’in.
Karena apa? Karena hadis Nabi yang memuji Uwais terus-terusan. Padahal para-para
Tabi’in yang hebat kan banyak tu seperti Hasan al Basri, Ibnu musyaiyab, dan
lain-lain yang terkenal dengan ilmunya, tapi kenapa hanya Uwais yang di puji,
seorang yang fakir,yang tidak seorangpun mengenalnya dengan ketaata dan
ilmunya? karena hanya Allah yang tau amalnya, sehingga ia terkenal di langit
dan terkenal di kalangan orang-orang yang soleh.
Sesudah itu Nabi saw memandang kepada Ali bin abi Thalib ra dan
Umar bin Khatab ra seraya bersabda, “suatu ketika apabila kalian bertemu dengan
Uwais, perhatikan tanda putih di tengkuknya, dan mintalah doa dan istighfarnya,
dia adalah penghuni langit, bukan orang bumi.”
Di saat Rasulullah
sedang menceritakan tentang Uwais al Qarani, Ketika itu ada sahabat yang dari
Yaman merasa sangat senang. Lalu sahabat tersebut pulang dan memberitau kepada
penduduk Yaman
“Siapa yang menemukan Uwais maka akan saya berikan imbalan yang
sangat besar. Uwais itu orang yang sangat luar biasa, ia membagakan penduduk
Yaman”.
Saat itu penduduk Yaman terus mencari-cari pemuda yang bernama
Uwais. Setelah ditemukan Uwais, maka sahabat tersebut menceritakan cerita yang
di sampaikan Rasulullah, Uwais seperti tidak percaya hingga di undang Uwais ke
rumah sahabat, ternyata Uwais ga mau pergi, bukan karna sombong, tapi beliau ga
ingin terkenal dan di puji orang.
Pada akhirnya sahabat tersebut yang menyamperin Uwais ke rumahnya,
sambil membawa makanan yang banyak. Uwais sangat merasa tidak enak, dan Uwais
mengajak warga dan sahabat-sahabatnya makan bersama. Namun ternyata Uwais
sendiri yang tidak makan, beliau sudah merasa kenyang dengan melihat kesenangan
di wajah para sahabat dan orang-orang mukmin di waktu itu.
Setelah kejadian itu, Uwais menghilang. Tidak seorang pun
mengetahui kemana beliau pergi. Hingga Uwais muncul kembali di massa Khalifah
Umar bin Khatab, saat itu sedang musim haji. Lalu Umar menyamperi jama’ah yang
dari Yaman, kemudian Umar bertanya kepada mereka.
“Adakah di antara kalian yang bernama
Uwais?” seorang lelaki tua menjawab “ada ya Amirul Mu’mini, tetapi ia orang
yang biasa saja, kenapa anda mencarinya?” mereka sudah lupa dengan kejadian
beberapa tahun yang lalu. Tanya Umar “dimana ia?” lalu lelaki tua itu menjawab
lagi “dia kami suru menjaga kuda dan unta kami di ‘Arafah.”
Maa Syaa Allah… sungguh hebat keikhlasan Uwais, ia seseorang dipuji
oleh Rasulullah sebagai pemuda yang luar biasa, tapi gak ingin di kenal oleh
penduduk bumi dan tidak merasa berat di suru jaga kendaraan orang-orang biasa.
Sesampai Umar ra dan Ali ra di Arafah, Uwais sedang sholat. Setelah
Uwais sholat, Amirul Mu’minin memberi salam dan menyapanya, “Apakah engkau Uwais al Qarni
yang pernah di ceritakan oleh Rasulullah.”
Lalu
Uwais mengangguknya dan memperlihatkan bukti di tengkuknya. Umar dan Ali
langsung memeluk Uwais seraya meminta
untuk didoakan. Setelah Uwais mendoakan, Umar bertanya “Wahai Uwais, sekarang kamu mau kemana?”.
Uwais menjawab, “Wahai
Amirul mu’minin saya ingin ke Kuffah, ingin mencari ulama untuk belajar.”
Lalu
Umar menawarkan hadiah beberapa dirham, namun Uwais menolaknya karna ia masi
memiliki 4 dirham untuk pegangan dalam perjalan. Uwais menolaknya dengan alasan
ia tidak tau 4 dirham ini
apakah bisa di abiskan atau ia akan meninggal duluan. Karrna
4d irham ini bisa menimbulkan fitnah jika ia tidak bisa mempergunakan
dengan cara yang halal.
Setelah Uwais berangkat ke Kuffah, berita tentang Uwais kembali
menghilang. Namun kembali muncul pada masa Ali ra di dalam anggota perang di
pihak Ali ra, dan akhirnya Uwais wafat dimedan perang.
Inilah cerita dari sosok pemuda yang sangat terkenal di langit,karena ketaatnya
kepada Allah, Rasul dan Ibunya. Ia sangat ikhlas dalam melakukan suatu hal,
hingga tidak ingin siapa pun
mengetahui akan amalannya. [Miftahul Jannah | Mahasiswi Fak. Dakwah dan Komunikasi, Jurusan
Komunikasi Penyiaran Islam, UIN Ar-Raniry, Banda Aceh]